Lihat ke Halaman Asli

Reni Marthauli

Ibu Rumah Tangga Yang Suka Membaca dan Menulis

Merananya Transportasi Massal Di Jakarta

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14011662711792360712

[caption id="attachment_325950" align="aligncenter" width="480" caption="Monorail | sumber foto jakartamonorailcom"][/caption]

Jakarta merupakan ibu kota Negara Indonesia dengan berpenduduk terpadat dari kota-kota besar lainnya di wilayah Indonesia bahkan merupakan salah satu kota terpadat didunia. Jumlah penduduk yang kian bertambah hingga Jakarta menjadi pusat perkenomian dimana orang berbondong-bondong mengharapkan dengan kerja di Jakarta bisa memperbaiki perekonomian keluarganya.


Seiring pesatnya pertumbuhan ledakan penduduk di Jakarta mempengaruhi layanan infrastruktur yang tidak memadai, merananya sarana transportasi massal yang belum memuaskan warga Jakarta hingga timbul kemacetan hampir disemua titik.  Sangat prihatin memang dan saya mengalami sendiri ketika menjalani rutinitas sehari-hari pulang pergi melintasi jalan yang selalu macet, jarak tempuh yang seharusnya membutuhkan waktu setengah jam atau paling lambat satu jam namun ini memakan waktu dua hingga tiga jam.

Hal ini tentu tidak efisien dan sangat merugikan waktu, ini seperti jarak waktu Jakarta – Bandung, cape lelah, belum lagi desak desakan, menunggu lama angkutan datang, dan sering terpaksa memaksa menyelinap meskipun berdiri di pintu, ini sering saya alami. Rasanya sedih dan ingin menjerit waktu itu, rasa kesal ketika ingat para pejabat yang gajinya uang dari rakyat namun mereka enak-enakan duduk di mobil mewah dengan kursi empuk dan nyaman sejuknya AC. Dalam hati selalu bertanya, apakah mereka (para pejabat pemerintah) selalu memperhatikan orang seperti saya yang memperjuangkan gaji yang tidak sebanding dengan waktu dan tenaga yang habis sia-sia di jalan? Pergi pagi buta pulang larut malam karena lama nunggu kendaraan umum dan belum lagi kemacetan yang parah disetiap titik.

Saya selalu teringat ketika saya dan bahkan dari anda juga pernah mengalaminya, seorang perempuan pulang kerja pukul Sembilan malam, menunggu bis sudah lama dan ketika datang sudah penuh berjejal penumpang itupun lari berebut sama penumpang lain agar bisa terbawa, ngeri jika membayangkan hal itu, bagaimana jika jatuh atau terpelesat ketika hendak naik tangga bis sedangkan bis terus melaju meskipun dengan kecepatan rendah tetapi itu membahayakan buat perempuan, tidak ada pilihan lain itu alasannya jika menunggu bus kosong pada jam malam rasanya mustahil dan hanya buang-buang waktu.

Sedih ketika melihat kendaraan  pribadi (mobil) melintas dengan hanya berpenumpang satu atau dua orang saja, kesadaran warga untuk beralih ke transportasi massal belum diterapkan mungkin berbagai alasan dengan faktor merananya transportasi massal yang ada di Jakarta. Berbeda dengan Negara-negara maju lainnya dengan infra struktur yang sangat diperhatikan demi kepentingan bersama.

Nah, bagaimana dengan Indonesia yang kabarnya akan memiliki Monorail? Sebuah kabar yang menunggu kepastian untuk teralisasinya transportasi massal yang diharapkan bisa membantu mengurangi kemacetan Jakarta. Jujur saya tidak tahu tentang permasalahan alotnya pembangunan Jakarta Monorail, ketika kompasiana mengadakan acara Nangring bareng PT, Jakarta Monorail, saya langsung tertarik ingin menyimak pembahasan seputar Monorail.

[caption id="attachment_325953" align="aligncenter" width="468" caption="Tiang Monorail | Sumber foto megapolitan kompascom"]

14011668571658711893

[/caption]

Monorail yang  telah direncanakan sejak tahun 2004 hingga sekarang memasuki tahun 2014 belum menemukan titik temu kejelasan surat keputusan Ijin Mendirkan Bangunan , sulitnya birokrasi pemerintah untuk bekerjasama dengan pihak swasta itu salah satu yang menyebabkan proyek terhambat. Jika melintasi arah Kuningan Rasuna Said Jakarta Pusat, sudah berdiri pilar-pilar untuk lintasan monorail yang seolah terbengkalai pengerjaannya. Tidak ada kepastian dari pemerintah padahal pihak swasta telah mengajukan proposal serta desain yang harus dikaji dan dipikirkan bahwa Indonesia khususnya warga Jakarta membutuhkan sarana transportasi massal yang efisien.

Mendengar penjelasan dari Bpk Jhon  Aryananda selaku Dirut PT. Jakarta Monorail yang menjelaskan bahwa Monorail sangat memperhatikan kepentingan publik, artinya Monorail bukan hanya untuk kalangan menengah ke bawah saja tetapi justru untuk kalangan menengah ke atas juga supaya mau beralih ke sarana transportasi massal, JET Monorail termasuk sarana transportasi massal sangat berbeda dengan monorail wisata yang beroperasi di Sydney, Kuala Lumpur atau Singapura dan monorail-monorail lain yang digunakan di beberapa taman hiburan  serta di desain senyaman mungkin dan berbeda dengan  transportasi umum lainnya.

Ketika mendengar dan membaca pembahasan tentang monorail Jakarta, selintas saya membayangkan akankah permasalahan saya sebagai pengguna transportasi umum dengan pengalaman yang menyedihkan seperti yang telah saya tulis diatas bisa terpecahkan solusinya?  Jika  memang benar  JET Monorail akan memiliki dua jalur (Blue Line & Green Line) dimana masing-masing memiliki dua rel yang bergerak ke arah berlawanan dan setiap rangkaian monorail rata-rata terdiri dari enam gerbong berkapasitas 208 penenumpang dan memiliki jadwal perjalanan berupa satu rangkaian kereta akan tiba di stasiun setiap  3-5 menit (20 trip/jam) dengan waktu operasional minimal sebanyak 15 jam/hari (pukul 06.00-21.00), artinya rata-rata satu rangkaian monorail akan mampu mengangkut 1.248 orang, dan diperkirakan potensi angkut monorail mencapai 600.000 penumpang per hari, bahkan mencapai 59.904 penumpang per jam pada saat jam padat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline