Lihat ke Halaman Asli

martha sari

Physic's teacher

Kelembaman Vs Percepatan

Diperbarui: 3 Maret 2021   17:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Minggu kedua di bulan Maret 2020 diinstruksikan agar seluruh siswa mengikuti pembelajaran secara daring (BDR)  memanfaatkan sistem digital agar terhindar dari wabah Covid 19.

Saat itu bagi siswa/i merasa senang karena dalam pemikiran mereka belajar dari rumah dengan waktu yang fleksibel menciptakan istilah "zona nyaman". Hal ini bisa dipahami karena dari keadaan diam (yang kurang paham  teknologi digital) cenderung untuk tetap diam (tidak belajar). Sehingga dibutuhkan suatu gaya dari luar (energi pendorong atau motivasi kuat) yang dapat memaksa siswa dari keadaan diam (tidak belajar) menjadi berada dalam keadaan belajar.

Sebaliknya, jika siswa/i berada dalam keadaan belajar dan bergerak lurus beraturan (maksudnya kita sudah memahami materi pelajaran, merasa enjoy belajarnya) dengan system PJJ, maka siswa/i sering "lupa waktu". Kita tidak merasa berat untuk belajar bahkan sering merasa tertarik untuk terus belajar, kecuali kalau ada gaya dari luar yang sangat kuat. Misalnya, acara film yang sangat disukai, main game atau kedatangan tamu spesial yang tidak bisa kita tolak.

Menurut wacana yang beredar  di media sosial, tahun ajaran baru, sekitar bulan Juli 2021, mereka kembali belajar di sekolah  bersama teman-teman,  beradaptasi dengan situasi serta  kondisi yang stagnan dan cenderung membosankan dari pukul 07.00 sampai 14.00, berbeda dengan selama PJJ, waktu belajar mereka lebih pendek dan mereka bisa belajar sambil bermain game, update status, bertanya dan mencari jawaban di internet sebagai pengganti buku cetak yang dianggap basi dan usang. 

Bagaimana cara mengalihkan kebiasaan tersebut dari belajar selalu pegang hp apalagi HP adalah teman setia 24 jam dan sudah menjadi "candu" untuk pelajar?

Mari kita flashback ke pernyataan Mas Nadiem saat PJJ dimulai: "Satu poin yang sangat penting untuk dimengerti bahwa dari semua riset yang telah dilakukan di situasi bencana lainnya, dimana sekolah itu tidak bisa melakukan pembelajaran tatap muka. Bahwa efek dari memberlakukan pembelajaran jarak jauh secara berkepanjangan, itu bagi siswa adalah efek yang bisa sangat negatif dan permanen," tutur Mendikbud dalam video di akun YouTube KEMENDIKBUD RI berjudul "Pengumuman Penyesuaian Kebijakan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19", Jumat (7/8/2020).

Dalam pemaparannya, Mas Menteri mengatakan, ada tiga dampak utama dari pembelajaran jarak jauh yang berkepanjangan. Pertama adalah ancaman putus sekolah, penurunan capaian belajar serta kekerasan pada anak dan resiko eksternal. 

"Kita beresiko mempunyai generasi dengan learning lose, lost generation, dimana akan ada dampak permanen terhadap generasi kita. Terutama bagi yang lebih muda," katanya.

Dan yang terakhir, Mendikbud mengatakan banyak sekali riset dimana peningkatan kekerasan terhadap anak dan resiko psiko sosial, seperti stres di dalam rumah karena tidak dapat keluar, tidak bertemu teman, dan sebagainya. "Jadi dampak psikologis, dampak masa depan anak-anak kita untuk melakukan PJJ secara berkepanjangan ini real".

Proses adaptasi baru akan dimulai lagi dari situasi PJJ menjadi PBM di kelas bersama teman-teman baru. Hal itu tdk semudah membalikkan tangan karena menurut Newton manusia memiliki sifat kelembaman. 

Kita tinjau hukum I Newton di mana sebuah benda akan tetap diam atau tetap bergerak lurus beraturan (kecepatan benda tetap) jika tidak ada resultan gaya yang bekerja pada benda itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline