Pemilihan presiden Amerika Serikat yang berlangsung pada 5 November 2024 telah menghasilkan hasil yang signifikan, dengan Donald Trump dari Partai Republik unggul atas Kamala Harris dari Partai Demokrat. Laporan yang ditampilkan pada halaman U.S General Election 2024 secara jelas Trump unggul dengan perolehan suara elektoral mencapai 295, melampaui ambang batas 270 suara yang diperlukan untuk memenangkan kursi kepresidenan. Dengan hasil ini, Donald Trump akan diinagurasi menjadi Presiden ke-47 Amerika Serikat pada tanggal 20 Januari 2025.
Kemenangan ini tidak hanya mencerminkan preferensi pemilih domestik, tetapi juga menandakan potensi perubahan dalam kebijakan luar negeri AS yang memicu kekhawatiran akan potensi konflik global, terutama di Timur Tengah.
Hasil Pemilu AS
Dalam drama politik yang menggemparkan Amerika Serikat, dan bahkan dunia, Donald Trump telah meraih kemenangan yang mengejutkan dalam Pemilihan Presiden 2024 di negeri Paman Sam tersebut. Dengan perolehan 50,9% suara pemilih, Trump berhasil mengalahkan Kamala Harris yang hanya meraih 47,6% suara. Kemenangan ini ditandai dengan keberhasilannya merebut kembali negara-negara bagian kunci seperti Florida, Georgia, dan Pennsylvania - benteng-benteng yang sebelumnya menjadi basis suara Joe Biden pada tahun 2020.
Sementara Harris masih bertahan di wilayah-wilayah tradisional Demokrat seperti California dan New York, gelombang merah Trump berhasil menyapu sebagian besar peta elektoral. Associated Press (AP) bahkan telah mengumumkan kemenangan Trump, ucapan selamat juga sudah disampaikan Kamala Harris dalam pidatonya (7/11/2024) di Harvard University . Dalam pidatonya di depan 1.500 pendukungnya yang berlangsung selama 14 menit tersebut Harris mengakui kekalahannya. Ia menambahkan bahwa meski kalah dalam pemilu kali ini, ia akan terus memperjuangkan isu-isu yang dibawakannya selama kampanya.
Kemenangan Trump ini bukan hanya tentang angka-angka, tetapi juga tentang pergeseran dramatis dalam lanskap politik Amerika. Trump, dengan gaya retorikanya yang kontroversial namun efektif, berhasil meyakinkan jutaan pemilih bahwa visinya untuk "Make America Great Again" masih relevan dan dibutuhkan.
Kebijakan "America First" dan Implikasinya
Kebijakan luar negeri Trump yang dikenal dengan istilah "America First" menekankan isolasionisme dan proteksionisme dan berfokus pada pengurangan keterlibatan AS dalam urusan internasional dan lebih menekankan pada kepentingan nasional. Pendekatan ini berpotensi membawa dampak signifikan bagi situasi di Timur Tengah:
Isolasionisme dan Ketegangan Regional:
Isolasionisme diprediksi akan mengubah dinamika kekuatan di Timur Tengah secara signifikan.Dengan mengurangi keterlibatan diplomatik dan militer di kawasan tersebut, "America First" dapat memberikan keleluasaan dan memperkuat kekuatan regional seperti Iran dan Turki untuk bertindak lebih agresif untuk melebarkan pengaruh mereka yang mengarah pada peningkatan ketegangan dalam konflik, terutama di Suriah dan Irak (Ostovar, 2024). Data menunjukkan bahwa sejak penarikan sebagian pasukan AS, serangan oleh proksi Iran di Irak meningkat hingga 40%, menunjukkan dampak langsung dari pengurangan keterlibatan AS terhadap stabilitas regional. Hal ini menciptakan potensi untuk eskalasi lebih lanjut, menimbulkan kekhawatiran akan pergeseran keseimbangan kekuatan dan dampak jangka panjang terhadap perdamaian di Timur Tengah.