Lihat ke Halaman Asli

Korean Wave terhadap Masyarakat Indonesia di Era Pandemi

Diperbarui: 31 Desember 2020   00:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Selama lebih dari 6 bulan, masyarakat di seluruh dunia telah melakukan aktivitas secara terbatas. Mereka belajar, bekerja, dan bahkan berkonsultasi dengan dokter secara virtual. Produktivitas manusia hampir semuanya dilakukan secara online, hampir dari jarak jauh. Saat ini, bekerja di rumah dan belajar di rumah adalah slogan baru. Oleh karena itu, pada masa pandemi COVID-19, produktivitas bergeser ke dunia maya yang tentunya berdampak pada berbagai sektor industri. Dari hal penting seperti memesan makanan hingga hal-hal pelengkap seperti hiburan, semuanya terjadi secara virtual.

Sepertinya tidak ada yang bisa menghentikan Korean Wave atau Korean Wave di Indonesia. K-Pop, K-Drama bahkan K-Indie Music sudah menjadi makanan pokok banyak orang Indonesia. Di Indonesia, penggemar budaya pop Korea berkembang pesat. Kini, epidemi ini menjadi jembatan karena banyak orang Indonesia yang meminta lebih banyak konten Korea untuk ditampilkan di layar selama masa lockdown.

Korean Wave atau gelombang Korea adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Korea pada berbagai negara di dunia. Indonesia termasuk negara yang sedang terkena demam Korea. Hal ini dapat terlihat di layar televisi Indonesia yang sekarang berlomba-lomba untuk menayangkan informasi dan hiburan yang berhubungan dengan Korea.

Apalagi korean wave atau Hallyu sudah menjadi budaya populer saat ini. Kata "budaya populer" dalam bahasa Latin secara harfiah mengacu pada "budaya rakyat" (budaya rakyat atau masyarakat). Mungkin inilah sebabnya banyak kritikus budaya akan melihat budaya yang hidup dan serangkaian artefak budaya yang dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat biasa (Tressia: 200: 41). Misalnya, anggap budaya populer sebagai kumpulan artefak yang ada, seperti film, kaset, acara TV, kendaraan, pakaian, dll. Budaya populer selalu berubah dan tampil unik di tempat dan waktu yang berbeda (Subandy: 2011: 27).

Favorit orang indonesia berawal dari beberapa drama korea yang sering tayang di tv indonesia, orang indonesia mulai mengenal artis korea. Tentu saja mereka mulai mencari informasi tentang aktris tersebut, sehingga pada akhirnya mereka juga menganggapnya sebagai seorang idola. Selain itu, pertumbuhan ini dapat ditunjukkan dengan penggunaan aplikasi streaming film, seperti Netflix, Viu, dll., Dan aplikasi ini terutama berasal dari pencarian film Korea Selatan.

Bukan hanya kontennya saja yang kaya, tapi juga produk atau produk ala Korea banyak disediakan di Indonesia. Sejak diterapkannya PSBB di banyak daerah, pusat perbelanjaan mengalami penutupan sementara. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa minat belanja online semakin meningkat.

Salah satu tren belanja online selama PSBB adalah membeli produk perawatan tubuh yang terinspirasi dari atau langsung dari Korea.

Korean Wave (hallyu) termasuk K-Pop dianggap sebagai cara untuk menghilangkan kepenatan dan menyenangkan diri sendiri setelah menghadapi hari-hari yang melelahkan.Mereka kerap bertingkah fanatik dengan memperlakukan idola mereka sebagai kekasih, sehingga bisa dibilang, Kebahagiaan yang mereka ciptakan itu imajinatif. Karena sulit menerima akal.

Bagi penggemar Korea, juga perlu belajar tentang budaya seperti Hanbok atau kostum Korea, belajar memasak kimchi dan belajar bahasa. Alhasil, kebanggaan dan keingintahuan mereka terhadap budaya Korea semakin meningkat.

Remaja indonesia juga sedang demam akan korea dan berbagai stasiun televisi Indonesia berlomba-lomba menayangkan berbagai program TV di Korea Selatan, seperti drama Korea, film Korea, dan musik pop Korea. Ini membuktikan bahwa remaja Indonesia sangat mencintai Korea Selatan bahkan mereka mulai membuat blog dan jejaring sosial yang didedikasikan untuk membahas Korea Selatan.

Selain itu, budaya demam Korea ini pasti akan berdampak positif dan negatif bagi generasi muda Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline