Lihat ke Halaman Asli

marsya Kayla sabina

Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Adab dalam Retorika Dakwah: Dari Ilmu ke Kemanusiaan

Diperbarui: 28 Juni 2024   14:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Oleh: Syamsul Yakin dan Marsya Kayla Sabina
Dosen Retorika Dakwah dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai sebuah disiplin, ilmu dakwah dan retorika harus bersifat netral. Maksudnya, pengembangan ilmu dakwah dan ilmu retorika harus didasarkan pada landasan ilmiah. Baik ilmu dakwah maupun ilmu retorika tidak boleh dikembangkan berdasarkan pertimbangan non-ilmiah, seperti pertimbangan adab.

Namun, dalam praktiknya, ilmu dakwah dan ilmu retorika mengandung unsur adab. Artinya, meskipun kedua ilmu tersebut bersifat netral, tetap harus mempertimbangkan kebenaran dan implikasi yang terjadi. Dengan kata lain, ilmu dakwah dan ilmu retorika terikat oleh adab yang bersumber dari ajaran agama dan budaya.

Oleh karena itu, adab dan ilmu dalam retorika dakwah harus dipadukan. Dalam konteks ini berlaku adagium "ilmu bukan untuk ilmu", tetapi ilmu untuk kebaikan dan kemudahan hidup manusia di dunia dan di akhirat. Dengan kata lain, ilmu itu untuk kemanusiaan. Dalam konteks inilah pentingnya keberadaan adab.

Secara praksis, retorika dakwah bukan hanya ilmu berdakwah yang efektif dan efisien, menarik dan atraktif, tetapi juga mencakup aturan kesopanan, keramahan, dan budi pekerti yang luhur. Pada awalnya, dakwah bersifat subjektif, dogmatik, dan penuh nilai. Demikian pula, retorika awalnya adalah budaya yang berangkat dari satu sistem nilai.

Ketika retorika lahir dari rahim budaya, berkembang menjadi seni bertutur, kemudian menjadi pengetahuan, dan akhirnya diakui sebagai ilmu, pada puncak perkembangannya, retorika harus diikat oleh adab. Budaya, seni, pengetahuan, dan ilmu manusia harus dipadu dengan adab.

Hal yang sama berlaku untuk dakwah. Berawal dari dogma atau ajaran agama, lalu menjadi pengetahuan berdasarkan pengalaman yang belum teruji secara ilmiah, dan akhirnya menjadi ilmu dakwah yang ajeg, tentu harus disertai dengan adab. Dalam berdakwah, terdapat kesopanan, keramahan, dan budi pekerti seorang dai.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline