Lihat ke Halaman Asli

marsya Kayla sabina

Mahasiswi Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Definisi dan Ruang Lingkup Retorika: Sebuah Pendekatan Multidisipliner

Diperbarui: 11 Juni 2024   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Oleh: Syamsul Yakin dan Marsya Kayla Sabina
Dosen Retorika dan Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ruang lingkup merupakan batasan atau cakupan dari suatu hal. Ruang lingkup retorika mencakup definisi, materi, unsur, tujuan, komponen retorika, serta hubungannya dengan ilmu lain. Selain itu, ruang lingkup retorika juga meliputi pembicara, pesan yang disampaikan, dan pendengar atau penerima pesan.

Ruang lingkup retorika mencakup seluruh aliran komunikasi yang terjadi antara pembicara dan pendengar, baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (tatap maya/virtual). Komunikasi ini dapat berbentuk verbal, yang meliputi komunikasi lisan dan tulisan, maupun nonverbal, seperti bahasa tubuh dan gerakan tubuh.

Retorika dapat didefinisikan dalam pengertian sempit dan luas. Secara sempit, retorika hanya berarti seni atau kecakapan dalam berbicara. Namun secara luas, retorika mencakup seni, keterampilan, pengetahuan, dan ilmu dalam berkomunikasi baik secara lisan, tulisan, maupun melalui bahasa tubuh dan gerakan tubuh.

Dalam pengertian sempit, retorika terkait dengan tata bahasa, logika, dan dialektika dari seorang pembicara kepada pendengar. Sedangkan dalam pengertian luas, retorika tidak hanya menyangkut pidato atau ceramah, tetapi mencakup seluruh permasalahan dalam aliran komunikasi yang terus berkembang. Dalam konteks ini, retorika dianggap sebagai warisan budaya.

Retorika memiliki sifat ilmiah yaitu empirik, sistematik, analitik, objektif, verifikatif, kritis, dan logis. Dengan menggunakan sifat-sifat ilmiah tersebut, tujuan utama retorika yang mencakup mempengaruhi sikap, opini, dan perbuatan pendengar dapat dicapai secara efektif dan efisien.

Secara filosofis, retorika mencakup tiga pertanyaan utama. Pertama, ontologis, yaitu mempertanyakan hakikat retorika itu sendiri. Kedua, epistemologis, mempertanyakan cara seseorang memperoleh pengetahuan terkait retorika. Ketiga, aksiologis, mempertanyakan manfaat dari retorika.

Pada awalnya, unsur-unsur retorika ada tiga, yaitu pembicara, pendengar, dan pesan yang bersifat informatif, persuasif, dan rekreatif yang menjadi materi atau isi pidato. Namun belakangan, media menjadi unsur penting dalam retorika, baik media tradisional, konvensional, maupun media sosial.

Pertama, pathos. Pathos merujuk pada kemampuan persuasi atau membujuk dan memengaruhi hati dan pikiran pendengar. Seorang pembicara harus memiliki pathos agar mampu menarik emosi pendengar sehingga pendengar larut dalam kesedihan, merasa kasihan, dan bersimpati.

Kedua, logos. Logos berarti sesuai dengan akal atau nalar. Ide atau buah pikiran yang diungkapkan dalam berpidato sebaiknya mempertimbangkan nalar, yang merupakan pemikiran, kemampuan intelektualitas, atau pemahaman yang mendalam.

Ketiga, ethos. Secara harfiah, ethos berarti sikap, kepribadian, watak, karakter. Dalam konteks keberhasilan beretorika, seorang pembicara harus memiliki sikap, kepribadian, watak, dan karakter yang baik agar pesan yang disampaikan dapat dipercaya oleh pendengar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline