Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Arsyad

Seorang kapiran dan serabutan

Tolong Jangan Meributkan Peringatan Maulid Nabi

Diperbarui: 16 November 2019   10:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Kominfo.go.id

Mohon maaf, sekali lagi saya mohon maaf tulisan ini agak bermuatan SARA. Mau bagaimana lagi, Maulid Nabi emang identik sama satu agama (Islam), ya meskipun saya sendiri kurang yakin kalau di agama lain enggak ada yang namanya Maulid Nabi. Barangkali ada, tapi kan saya belum tahu. Mungkin nanti, besok, atau lusa saya cari tahu deh, eits tapi jangan ding nanti malah tambah runyam lagi, maksud saya kalau-kalau agama lain beneran ngadain Maulid Nabi, ntar bisa diributkan lagi.

Lha wong sesama muslim aja ada yang ngatain ini bid'ah, dan yang satunya masih kekeh kalau Maulid Nabi itu ya boleh. Dalih dan dalilnya macam-macam, sampe numpuk tuh, yang bilang bid'ah katanya meniru budaya barat yang sudah dicap enggak baik. Terus yang membolehkan Maulid Nabi, pasti bilang, "Allah (di agama Islam ini nama Tuhan) aja me-Maulidkan Nabi, masa kita enggak?" Atau "Dulu Nabi Isa saja sebelum Nabi Muhamad Saw. lahir sudah memperingati Maulid Nabi. Kok kita enggak?"

Andaikan ndilalah berguru pada ulama yang menganggap Maulid itu bid'ah, ya bisa jadi mereka akan ikut terdoktrin itu, apalagi label barat sudah terkonotasikan ke hal-hal negatif. Akan tetapi, bagi yang menerima dan membolehkan Maulid Nabi bisa pula karena termakan dalih di atas. Ia pasti merasa malu, lha pie maneh, wong Gusti Allah saja memperingati Maulid masa kita enggak? Gitu tho?

Nih ya, sekadar mengingatkan, dosen saya yang namanya Ribut saja enggak pernah ngeributin soal Maulid Nabi, masa kita yang dari nama saja sudah dididik untuk tidak ribut, kok malah ngeributin Maulid Nabi, malu dong sama Ribut? Hehe. Tapi nih serius, tolong ya enggak perlu lah ngeributin Maulid Nabi. Karena Maulid Nabi hanya sebatas metode. Terus ada yang nanya, "loh kok bisa?" Plisss jangan komentar dulu!

Gini loh gaesss..

Maulid Nabi itu sebenarnya sebatas metode, tidak lebih. Sebentar-sebentar, setelah ini pembahasannya agak radikal, mau dilanjut enggak nih? Oke, tapi jangan laporin ke Fahrul Razi ya, plisss! Btw, kenal Fahrul Razi kan? Semoga aja kenal. Baiklah saya teruskan. Jadi begini, ujung pangkal dari Maulid Nabi itu kan Nabi Muhammad Saw. tho? Artinya rangkaian Maulid, seperti sholawatan, berzanzi, dan tetek-bengek lainnya itu dilakukan untuk Rasulullah. Ada yang mengatakan itu sebagai wujud rasa cinta dan kagum kepada Muhammad Saw.

Itu boleh, dan sah-sah saja. Toh di Al-Qur'an, saya enggak nemu larangannya tuh. Serius, jujur saya belum menemukan di Al-Qur'an yang ayatnya bunyinya gini, "Janganlah kalian memperingati Maulid Nabi, karena itu termasuk orang-orang fasik." atau ayat yang melarang sholawatan. Jadi peringatan Maulid Nabi, entah itu sholawatan, berzanzi, pengajian, dan lain sebagainya adalah cara mencintai Rasulullah belaka. Ibarat orang yang lumpuh dan tidak mampu melangkah, tentu membutuhkan alat bantu agar bisa melangkah.

Nah, begitulah fungsi sholawat, berzanzi, pengajian, dan tetek-bengek peringatan Maulid Nabi lainnya. Karena saking bingungnya mengungkapkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad ya sudah melalui sholawat, berzanzi, atau pengajian yang sudah jelas dan lengkap panduan plus bacaannya.Tapi jangan sampe karena masuk kubu yang suka memperingati Maulid Nabi atau Mauludan jadi melegitimasi diri sebagai umat yang paling mencintai Rasulullah.

Enggak tahu kenapa, saya yakin betul mereka yang tidak sepakat peringatan Maulid Nabi pun mencintai Rasulullah. Figur Nabi Muhammad Saw. ini adalah makhluk Allah yang mustahil untuk tidak dicintai. Barangkali mereka yang tidak setuju Maulidan punya cara tersendiri untuk mencintai Rasulullah. Apalagi kesalehan, kebaikan, ketauladanan, kebijaksanaan, hingga kemurahan hati Rasulullah sudah tak dapat diragukan lagi.
Nabi Muhammad Saw. adalah manusia paling sempurna dan bisa dikagumi yang berujung cinta dari seluruh manusia, tak memandang agama apapun, kelamin apapun, belahan dunia manapun, kepercayaan dan aliran apapun, tua ataupun muda, kaya ataupun miskin, berpasangan ataupun masih jomblo, semua kagum pada Rasulullah Saw.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline