Lihat ke Halaman Asli

Marsya Alyssa Sabrina

Mahasiswa/Universitas Airlangga

Duck Syndrome pada Mahasiswa, Tampil Tenang demi Terlihat Baik-baik Saja

Diperbarui: 4 Juni 2022   18:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Kuliah sering kali menjadi moment paling seru namun juga paling menyibukkan bagi mahasiswa. Di samping belajar untuk memperoleh IPK yang tinggi, mahasiswa kerap kali masih disibukkan dengan kegiatan organisasi, lomba, pelatihan, bahkan bekerja. Terlebih lagi yang berada pada lingkungan yang prestisius atau high-achieving environment, mahasiswa banyak menyibukkan diri dengan kegiatan agar tidak merasa tertinggal dengan progress orang lain. Hal ini memicu mahasiswa mengalami lelah mental mulai dari kecemasan hingga depresi. Kondisi ini dinamakan Duck Syndrome.

Apa itu Duck Syndrome?

Duck Syndrome merupakan kondisi dimana seseorang terlihat baik-baik saja dari luar, tapi sebenernya menyimpan banyak masalah dan sedang berjuang memenuhi tuntutan hidup. Sama seperti namanya, yakni sindrom bebek, fenomena ini menganalogikan seperti bebek ketika berenang. Di atas permukaan air, bebek terlihat berenang dengan tenang dan melaju perlahan. Padahal, kakinya yang berada di bawah air mendayung dengan susah payah agar tubuhnya tetap berada di atas air.

Istilah duck syndrome pertama kali diperkenalkan di Stanford University. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan kondisi mahasiswa di sana yang meski terlihat santai dan tenang, tapi mereka punya banyak tuntutan dan kecemasan. Mereka memberi tekanan pada diri sendiri untuk bisa mencapai target yang tinggi.

Bahaya Duck Syndrome dan Cara Mengatasinya

  • Berpura-pura Demi Terlihat Unggul

Jenis yang pertama sering ditemui di media sosial terutapa pada orang yang ingin selalu terlihat sukses dan bahagia. Padahal di balik itu, dia harus berkerja keras bahkan berhutang demi memenuhi egonya. Hal ini dapat merugikan diri sendiri karena memaksakan hal yang diluar batas kemampuan

Cara mengatasinya adalah dengan menerima diri apa adanya dan bersyukur dengan ada yang telah dimiliki tanpa perlu berpura-pura demi mendapat validasi dari orang lain. Hidup kita adalah milik kita, mari menerima diri kita apa adanya dan bahagia dengan cara kita sendiri.

  • Struggle Alone

Duck syndrome yang kedua kerap dialami orang yang ingin selalu terlihat sempurna. Mereka yang mengalami situasi ini ingin terlihat baik-baik saja seperti tidak ada beban, namun dibalik itu semua dia harus menanggung banyak beban sendirian. Memendam masalah sendirian dapat menyebabkan kecemasan yang jika diteruskan dalam jangka waktu yang lama dapat memicu depresi.

Cara mengatasinya adalah dengan memberikan pemahaman bahwa sesekali meminta bantuan kepada orang lain itu tidak apa-apa. Kita tidak harus selalu menanggung masalah sendirian, terkadang kita membutuhkan seseorang untuk mencari solusi dari masalah yang kita hadapi.

  • Membandingkan Diri dengan Orang Lain

Seseorang yang mengalami kondisi ini biasanya ingi selalu unggul dari orang lain, mereka tidak akan pernah puas dengan usahanya sendiri. Mereka akan terus berusaha mengungguli orang lain padahal sebenarnya mereka kewalahan karena sudah mencapai batas kemampuan. Membandingkan diri dengan orang lain tidak membuat kita menjadi lebih baik, justru akan menurunkan tingkat percaya diri kita.

Cara mengatasinya adalah dengan fokus pada diri sendiri, lebih menghargai usaha kita sendiri, melalukan self-reward atas keberhasilan yang telah kita capai dengan usaha sendiri. Dengan begini, kita akan lebih menghargai diri sendiri dan dapat meningkatkan value diri kita tanpa menjatuhkan orang lain. Mari mencapai kesuksesan dengan cara dan jalan kita masing-masing.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline