Lihat ke Halaman Asli

Marsindi

cookies gluten free casein free untuk anak autis

Mahasiswa KKN UPI Melaksanakan Pelatihan Ecobrick, Ecoprint dan Budidaya Magoot pada PKK Desa Cibatu Sebagai Upaya Pemanfaatan Sampah Rumah Tangga

Diperbarui: 12 Agustus 2022   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Rabu, 27 Juli 2022 pukul 09.00 WIB, Mahasiswa KKN Tematik Kelompok 106 Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) melaksanakan pelatihan pembuatan kursi ecobrick, kain ecoprint dan budidaya magoot sebagai upaya untuk memanfaatkan sampah rumah tangga.

Kegiatan kepelatihan ini dibuka oleh Ibu Hj Ida Habibah selaku ketua PKK Desa Cibatu sekaligus memberikan sambutannya, dilanjukan oleh sambutan pembukaan dari Marsindi selaku koordinator kelompok 106 KKN Tematik Universitas Pendidikan Indonesia. “Sampah sudah menjadi permasalahan umum dan setiap tahunnya terjadi penumpukan yang seignifikan pada PTA, dengan demikian dibutuhkan sebuah solusi yang tak hanya menyelesaikan masalah melainkan memiliki nilai baik dari fungsi maupun dari nilai ekonomis. Melalu pelatihan ini diharapkan ibu-ibu mampu mengambil manfaat dari yang disampaikan oleh kaka-kaka” ucap Marsindi dalam sambutannya.

dokpri

Pelatihan ini dibagi menjadi tiga sesi. Pada sesi pertama dibawakan oleh Riga Talina Lathin selaku pemateri yang menjelaskan mengenai ecobrick. Pada pelatihan ini ibu-ibu PKK turut mencoba secara langsung proses pembuatan kursi ecobrick. Pada satu botol ecobrick mampu memuat kurang lebih satu karung sampah plastic kering. Sedangkan dalam satu buah kursi ecobrick memuat minimal sembilan buah botol ecobrick. Hal ini membuktikan bahwa kursi ecobrik mampu menjadi solusi untuk mengurangi sampah plastic kering. Design kursi ecobrick mengangkat tema alam dengan pembungkus kursi yang terbuat dari kain ecoprint yang dapat dilepas pasang sesuai dengan keinginan. Pada pembungkus kursi ini memiliki motif yang khas dengan warna-warna alam.

dokpri

Sesi kedua ecoprint dilanjutkan oleh pematerian mengenai ecoprint yang dibawakan oleh Erlis Siska Novita dan Bintang Riefjaksana. Ibu-ibu PKK turut mencoba proses pembuatan ecoprint dengan teknik pounding. Ecoprint memanfaatkan bahan-bahan alam sebagai pewarna alami seperti daun dan bunga. Pewarna sintetis mampu mencemarkan lingkungan bahkan merusak ekosistem tanah. Pewarna sintetis seperti naptol, remasol dan indigosol tidak mampu didegradasi oleh bakteri. Ecoprint mempu menjadi solusi untuk menggantikan pewarna sintesis, selain itu motif dari daun bunga memiliki keunikan tersendiri dan memiliki nilai seni. Sesi ketiga budidaya magoot disampaikan oleh Nadine Diaz Salsabila, ia menjelaskan bahwa magoot memiliki nilai ekonomis yang tinggi, hal ini juga sejalan dengan program budidaya ikan lele yang dikelola oleh desa Cibatu. Magoot mampu dijadkan sebagai pakan lele, selain itu magoot juga dapat diolah menjadi pakan hewan dengan bentuk dry food. Gagasan ini mampu direalisasikan dan memiliki prosfek dalam jangka panjang




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline