Lihat ke Halaman Asli

marsigit marsigit

Sharing Neutral and Objective Ideas

Ontologi Saintifik

Diperbarui: 2 November 2015   09:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Oleh Marsigit

Secara umum, objek ilmu meliputi yang ada dan yang mungkin ada. Letak kedudukan objek ilmu berada di dalam pikiran atau di luar pikiran. Jika kebenaran berdasarkan objek yang ada di dalam pikiran maka lahirlah filsafat Idealis, Rasionalis, dan Skeptisism. Jika kebenaran berdasarkan objek di luar pikiran maka lahirlah filsafat Realisme dan Empirisisme.

Aliran Saintisisme berusaha menggabungkan kedua aliran besar tersebut. Namun aliran Saintisme mendasarkan pada gabungan asumsi-asumsi filsafat Positivisme dan Skeptisisme, yang dengan tegas menolak pendekatan non-ilmiah termasuk religiusitas dan humaniora. Skeptisisme sendiri sebagai aliran filsafat merentang sejarahnya sejak jaman Yunani Kuno.

Kelompok Skeptis adalah berpendapat, manusia tak dapat mengetahui dengan pasti mengenai segala sesuatu di dunia di sekitar kita, atau bahkan mengenai diri kita sendiri. Oleh karena itu manusia tidak dapat benar-benar mengetahui apa yang benar dan salah (Pyrrhon, Timon, Epikurus, Socrates, dan Rene Descartes).

Sikap skeptis adalah sebuah sikap yang menyangsikan kenyataan yang diketahui baik ciri-cirinya maupun eksistensinya. Sikap skeptis sebagai unsur dasar Skeptisisme Ilmiah akan memposisikan seseorang untuk selalu mempertanyakan klaim yang kurang memiliki bukti empiris yang kuat. Skeptisisme Ilmiah inilah yang kemudian dikenal sebagai pendekatan Saintifik.

Sebagai salah satu akar dan basis Saintifisme dan Saintifik, metode Positive yang dipelopori oleh Auguste Compte, menolak tesis-tesis ilmu-ilmu humaniora (geistesweistensaften) dan juga menolak Filsafat termasuk metafisik yang ada di adalamnya; sebaliknya kaum Positive berusaha membangun struktur dunia untuk membangun dunia dengan meletakkan metode Positive di atas Filsafat dan Spiritual.

Merunut objek dan pendekatan normatifnya pada time-line sejarahnya, konsekuensi logis dari dunia kontemporer dalam mempersepsi munculnya gagasan pendekatan Saintifik, haruslah berbesar hati untuk menerima kenyataan akan munculnya ide sintetik yang bersifat radik. Secara khusus seberapa jauh kita mampu memikirkan adanya konsep-konsep Saintifisme Ideal, Saintifisme Realis, Saintifisme Rasional, Saintifisme Positif, Saintifisme Empiris, dan Saintifisme Kontemporer.

Dalam khasanah pembentukan pengetahuan, I Kant (1671) secara gamblang menguraikan bahwa “pengetahuan” haruslah merupakan sintesis antara tesis-tesis dan anti-tesis anti-tesis; secara garis besar tesis-tesis dan anti-tesis anti-tesis yang berasal dari Logika Pikir dan yang berasal dari Logika Pengalaman.

Yang berasal dari Logika Pikir direpresentasikan oleh Idealisme, Rasionalisme, Skeptisisme, Logisisme, Formalisme, Simbolisme, Objektivisme dan Absolutisme. Sedangkan yang berasal dari Logika Pengalaman direpresentasikan oleh Realisme, Empirisisme, Intuisionisme, dan Subjektivisme. Logika Pikir mempunyai sifat-sifat konsisten, logis, koheren, analitik, rigor, a priori, formal, murni, objektif, terukur, deduktif, abstrak, intuisi murni dan terbebas oleh ruang dan waktu; sedangkan Logika Pengalaman mempunyai sifat kecocokan, persepsi, intuisi empirik, sintetik, a posteriori, subjektif, relatif, induktif, konkrit, dan terikat oleh ruang dan waktu.

Hermenitika ilmu menjamin adanya interaksi linear dalam kesiklikan antara unsur-unsur keterwakilan logika pikir dan logika pengalaman; sehingga I Kant menegaskan bahwa sebenar-benar Ilmu adalah bersifat Sintetik a priori. Logika pikir saja tanpa adanya logika pengalaman dianggap baru mencapai setengah ilmu; demikian juga jika hanya logika pengalaman tanpa adanya logika pikir.

Dalam sejarahnya, hemenitika keilmuan tersebut menghasilkan forma interaksi yaitu Positivisme dan Saintifisme beserta turunan-turunan dalam bentuk sintak-sintak praksis kependidikan, misalnya pendekatan Saintifik, Projek Based Learning, Problem Based-Learning, Cooperative Learning, Contextual Learning, dst.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline