Tapanuli Selatan mengalami kekurangan pupuk bersubsidi. Kekurangan pupuk ini diketahui pada November 2021 pada rapat terbatas evaluasi pupuk bersubsidi di Aula Kantor Dinas Pertanian Tapanuli Selatan.
Pemerintah sebagai pemberi kuota pupuk tidak menyediakan kuota pupuk yang cukup bagi para petani seperti yang dikatakan oleh PT Pertani sebagai pihak distributor pupuk bersubsidi. Beni Deristiawan, sebagai perwakilan dari PT Pertani mengatakan bahwa kekurangan pupuk bersubsidi di Tapanuli Selatan terjadi karena turunnya kuota yang tersedia sekitar 75 kg/ha yang semestinya 250 kg/ha.
Pemicu terjadinya pengurangan kuota atau jatah pupuk bersubsidi oleh pemerintah untuk Kabupaten Tapanuli Selatan adalah karena adanya sistem e-RDKK yang belum berjalan dengan baik dan banyak kelompok petani yang belum mengisikan datanya ke sistem tersebut sehingga menyebabkan alokasi pupuk bersubsidi ke tingkat kelompok petani mengalami keterlambatan.
Hal ini menyebabkan masalah karena pupuk bersubsidi diwajibkan untuk petani yang telah bergabung ke dalam kelompok tani yang terdaftar.
Berkurangnya kuota pupuk bersubsidi di Tapanuli Selatan ini tentu saja berdampak sangat besar pada petani di wilayah setempat. Pupuk merupakan komponen penting dalam dunia pertanian karena memengaruhi sisi produktivitas.
Dari pemicu permasalahan ini, Dinas Pertanian tentunya tidak tinggal diam. "Pun demikian, kita tidak berpangku tangan. Kita terus berupaya mencari solusi baik. Kita akan memaksimalkan PPL dan BPP membantu petani termasuk pengisian e-RDKK dan pengisian form penebusan," ujar Bismark, Kadis Pertanian Tapanuli Selatan.
Solusi yang bisa dilakukan dalam mengatasi permasalahan ini adalah yang pertama pemerintah harus melakukan penyempurnaan dan verifikasi yang baik pada sistem e-RDKK terhadap petani dan kelompok tani. Hal tersebut merupakan syarat utama agar petani maupun kelompok tani mendapatkan pupuk subsidi. Kedua, meningkatkan kapasitas penyuluh pertanian dimana penyuluh berperan dalam mendampingi pembuatan kartu tani dan mendukung e-RDKK. Ketiga, melakukan penyuluhan terhadap petani untuk mengurangi penggunaan pupuk kimia. Keempat, melakukan pengembangan terhadap pupuk organik dan hayati dimana penggunaan pupuk organik dan hayati dinilai lebih efektif bagi kesehatan tanah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H