Lihat ke Halaman Asli

Surat dari Surga, dari Aku yang Tak Pernah Lahir

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu,

Aku tidak pernah minta untuk dilahirkan,

Hanya Tuhan yang tau ke rahim manakah kami akan dikirimkan,

Namun aku juga tidak pernah meminta untuk dimusnahkan.

Mengapa kau menghancurkanku??

Saat tubuh nyeri, kurasakan tekanan yang makin kuat menekan rumahku dalam rahimmu, Bu.

Aku yang belum siap keuar dari rahimmu dipaksa mendekat ke mulut rahim,

Dan entah bagaimana seketika tubuhku hancur, tersedot keluar.

Bukan udara dingin yang kurasakan Bu,

Hanya sesak tak berakhir.

Lalu tiba tiba aku kembali kesini.

Bersama semua anganku tentang masa depan yang tak pernah kuraih di dunia.

Ibu,

Sepertinya aku tidak akan mengganggumu dengan tangisanku.

Tangis yang kuangan-angankan kuteriakkan di dunia, saat aku dilahirkan.

Tangis yang membuat jutaan ibu terbangun, lalu tersenyum.

Menggenggam jari-jariku yang mungil, yang berusaha menggapaimu, meminta kehangatan pelukmu.

Ibu,

Inginnya aku bisa mengucapkan kata itu,

Saat ketika besar aku terbangun, menghampirimu untuk membuatkanku sarapan,

Menghiasi harimu dengan riang langkah kaki kecilku,

Tersenyum padaku saat aku berangkat sekolah.

Menemaniku bermain.

Mengerjakan tugas sekolah.

Merawatku ketika aku sakit.

Dan menjadi tempatku berbagi rahasia.

Inginnya aku bermain bersama Ayahku,

Bermanja dengannya,

Meminta hangat dekapnya,

Berlindung dari bahaya dengan kedua tangan kekar ayahku.

Aku membayangkan, ia pasti akan gembira ketika aku lahir.

Membuaiku sembari menunggumu di rumah sakit.

Mengumandangkan adzan ditelingaku,

Lalu membawaku pulang, bersamamu.

Namun entah mengapa, aku malah kembali kesini.

Ketempat awal manusia bertempat.

Sebelum Tuhan meniupkan ruh-ku,

Aku begitu gembira, ke rahim manakah aku akan dikirimkan?

Di keluarga manakah aku dipersembahkan untuk mewarnai hari-hari rumah keluarga itu?

Dia hanya memintaku berjanji agar menjadi anak yang baik kelak.

Sebelum Tuhan meniupkan ruh-ku,

Ketahuilah Ia berkata bahwa kami semua adalah anugerah,

Yang menjadi pelengkap kebahagiaan hidup banyak pasangan di dunia.

Aku bahagia Bu,

Mengetahui bahwa tidak lama lagi aku akan dibuai penuh kasih sayang,

Ditimang dengan penuh cinta.

Namun lagi-lagi,

Entah mengapa, aku tidak sampai ke dunia.

Ibu,

Mengapa kau tidak menginginkanku???

**********

Anak adalah titipan Tuhan.

Berikut kalimat yang sering sekali saya dengar dan baca, siapapun banyak yang menyetujui kalimat ini.

Siapa yang tidak akan menyukai malaikat mungil nan cantik ini? Bayi kecil yang hadir ke dunia dari rahim seorang ibu, hadir ke dunia karena cinta dua insan yang dipersatukan oleh Tuhan.

Saya adalah seorang mahasiswa berusia 19 tahun. Mungkin masih dibilang ingusan. Belum cukup mengerti arti hidup. Namun sungguh, saya berani bersumpah, pengalaman saya melihat fenomena ini di sekitar saya membuat saya begitu mengerti pentingnya arti hidup seorang anak, pentingnya arti keluarga, dan pentingnya menjaga diri-bagi perempuan khususnya.

Free sex.

Sebuah kalimat yang tentunya sangat akrab bagi masyarakat luas dewasa ini. Pergeseran nilai moral dan minimnya kesadaran agama menjadi faktor utama meningkatnya remaja pelaku free sex belakangan ini.

Tak terkecuali mahasiswa.

Fenomena pacaran dengan ‘gaya bebas’ tanpa mempehatikan norma kesusilaan sangat marak belakangan ini.

Hal-hal yang sebenarnya tidak patut dilakukan sebelum menikah dengan sangat enteng dan berani dilakukan oleh muda-mudi masa kini. Dengan alasan ‘jaman’, atau paling miris, ‘gaya hidup’.

Pernahkah kita semua, terutama perempuan berpikir, betapa ruginya kita jika terjerumus ke pergaulan bebas atau free sex??

Saya pernah membahas ini sebelumnya di tulisan-tulisan saya, dan sekali lagi, saya tidak pernah bosan untuk mengingatkan rekan-rekan sekalian, perempuan khususnya.

Free sex akan selalu merugikan.

Membaca beberapa literatur, saya mengambil benang merah, mengapa seks pranikah itu dilarang agama. Pertama, dosa. Jelas.Untuk kaum perempuan, ‘segel’ dari Tuhan hanya bisa diserahkan sekali seumur hidup. Ingat. Sekali seumur hidup. Maka pastikan, berikan kepada orang yang benar melalui jalan yang benar yaitu pernikahan. Bayangkan apabila kita melakukan hal tersebut secara ‘bebas’, free. Kalau akhirnya menikah ya mujur, bagaimana jika tidak? Tidak ada jaminan partner Anda saat itu akan menikahi Anda bukan?

Kedua, bagaimana jika terjadi kehamilan? Anugerah dari Tuhan itu tak terduga datangnya kawan, apabila Ia menghendaki, maka ditiupkannya ruh sang janin dalam rahimmu, lantas bagaimana selanjutnya? Menikah? Apakah kita bisa menjamin pasangan Anda bersedia bertanggung jawab? Sudah cukup sering kita melihat di televisi, menjamurnya tempat-tempat pengguguran kandungan, karena menghilangkan nyawa janin-janin tak berdosa itu kerap kali dijadikan jalan keluar, atas perbuatan nista mereka.

Ketiga, menimbulkan dampak negatif dari segi sosial masyarakat. Kita adalah masyarakat timur, yang menganutbudaya ketimuran yang sangat lekat. Pandangan masyarakat kepada (maaf) wanita yang notabene diketahui hamil diluar nikah sangatlah buruk. Jangankah sampai hamil, anggapan banyak orang kepada mereka yang baru dianggap kehilangan ‘segel’ dari Tuhan biasanya miring. Padahal baru prasangka. Bagaimana mungkin? Saudara-saudaraku, ketahuilah, kita adalah bangsa timur. Dimana perempuan dituntut untuk menjunjung tinggi martabat dan menjaga kehormatan sebaik mungkin. Kita lihat realita saja-lah. Anak tetangga, si A, diketahui sering pulang malam, diantar cowok berlainan setiap malamnya. Bukan tidak mungkin akan timbul gossip dan omongan yang pastinya berlebihan dan dibumbui dengan banyak hal, yang bahkan sebenarnya tidak benar. Si A pulang malam karena cari duit-lah, jadi simpanan om-om lah. Bla, bla, bla. Padahal bisa jadi dia melakukan hal lain bukan? Sekali lagi, dengan ini saya ingatkan kepada rekan-rekan wanita à jaga diri, jaga tingkah laku. Diri kita, adalah cerminan orang tua. Menjaga diri dan kelakuan kita, sama halnya dengan menjaga kehormatan mereka.

Saudara-saudaraku, terkadang saya heran sekaligus sedih, melihat ratusan wanita yang menumpahkan keluh kesahnya ke dalam tulisan, menyiratkan makna mendalam, betapa inginnya mereka memiliki keturunan, betapa mereka mendambakan suara tangis mewarnai hari-hari mereka. Betapa beratnya usaha yang mereka lakukan untuk mendapatkan keturunan. Lalu di sisi lain, ada yang dengan gampangnya memusnahkan janinnya, darah dagingnya sendiri dengan alasan aib, malu, dan alasan lain yang bagi saya, maaf, biadab.

Siapa suruh melakukan free sex?

Siapa suruh menghalalkan hal yang dilarang agama untuk dilakukan sebelum menikah?

Tahukah Anda semua, apa yang terjadi disaat janin-janin tak berdosa itu digugurkan?

Dari beberapa sumber, saya mengetahui bahwa mereka didesak keluar, dengan pijatan demi pijatan untuk memancing kontraksi dini, tentunya sakit yang teramat sangat akan dirasakannya, bayi kecil tak berdosa yang tak inginkan.

Bahkan disedot dengan selang kecil untuk mengelurkannya, dan hancurlah tubuhnya. Hancurlah tubuhnya, darah daging tak berdosa.

Setelah melakukan hubungan bebas diluar pernikahan, bahkan mungkin mengkhianati kepercayaan orang tua saat berpacaran,

Setelah berulang-ulang melakukan dosa tersebut, ternyata masih ada yang begitu teganya menghancurkan darah dagingnya sendiri. Membunuh lebih tepatnya.

Please, jika memang telah berbuat, pertanggungjawabkan-lah. Biarkan janin itu lahir ke dunia, karena penyesalan yang merundung jiwa tidak sebanding dengan rasa malu yang dengan segala cara dihindari.

Kawan-kawanku….

Mari berpikir sebelum bertindak. Jagalah diri kita semua. Insyaallah tidak akan rugi.

Menahan diri dari perbuatan yang dilarang agama tidak pernah merugikan, karena jika Tuhan melarang, pasti-lah karena akibatnya akan merugikan kita semua, bahkan nyawa-nyawa tak berdosa tadi.

Jadikanlah dirimu sebagai wanita berharga, wanita yang berarti, karena menyerahkan ‘segel’ pemberian Tuhan itu kepada orang yang tepat dengan cara yang benar.

Jadikanlah rahimmu tempat yang nyaman bagi bayi-bayi yang akan bersemayam di dalam sana, bayi-bayi yang akan mengisi hari-harimu dengan senyuman, merepotkan namun membuatmu bahagia.

Jadikanlah dirimu sebagai wanita yang berbahagia, karena mencintai anakmu yang akan kau lahirkan.

Krena suatu saat, ketika sepi merundungmu dirumah, saat kawan tak lagi ramai mendatangimu, saat keluarga besarmu jauh darimu. Keceriaannya-lah yang akan menggembirakanmu, biarkanlah langkah-langkah kecil itu menghiasi harimu kawanku, karena ia hadir atas anugerah Tuhan.

Samarinda, 19 April 2010

(Rencananya diposting pas hari Kartini, tapi nggak papa. Kartini pasti gembira jika sesama kaumnya saling mengingatkan kapan saja dan dimana saja :D)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline