Lihat ke Halaman Asli

Marsha Aura

Mahasiswa

Proyek Rempang Eco City yang Semakin Hari Semakin Memanas

Diperbarui: 26 September 2023   06:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pulau Rempang yang terletak pada wilayah Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau dan menjadi pulau terbesar kedua yang dihubungkan enam Jembatan Belerang. Belerang adalah singkatan dari Batam, Rempang, dan Galang yang menjadi jembatan penyambung antar wilayah di Rempang. 

Di pulau Rempang, terdapat sekitar 16 kampung tua alias masyarakat adat Melayu Tua, Suku Orang Laut, dan Suku Orang Darat yang telah menghuni wilayah sejak puluhan tahun sehingga diyakini oleh masyarakat sebagai penduduk asli Kota Batam.

Pulau Rempang memiliki keindahan alam yang luar biasa dan menjadi salah satu destinasi wisata pilihan di Indonesia. Salah satu daya tarik utama Pulau Rempang adalah pantainya yang mempesona. Pantai-pantai pasir putih yang terhampar luas dengan air laut yang jernih dan biru mengundang para pengunjung untuk bersantai dan menikmati sinar matahari. 

Ada beberapa pantai di Pulau Rempang yang dapat dikunjungi yaitu ada Pantai Mirota yang dikenal sebagai "surga pasir putih" yang terletak di Sijantung, Kecamatan Galang. Keindahan pasir putih dan air laut yang membentuk lanskap alam sehingga menjadi daya tarik utama Pantai Mirota. 

Selanjutnya ada Pantai Melayu yang terletak di Desa Rempang  Cate, Kecamatan Galang, Kota Batam, Kepulauan Riau. Pantai Melayu adalah tempat yang mempesona dengan pasir putih halus dan air laut yang jernih. Serta ombak yang tenang yang sangat cocok digunakan untuk berenang, memancing, snorkeling, naik banana boat,dll.

Karena Kepulauan Batam merupakan lokasi yang strategis, pada tahun 2004 pemerintah telah membuat rencana Pembangunan Kawasan Rampang Eco City. Proyek Rempang Eco City merupakan kawasan industri, perdagangan, hingga wisata terintegrasi yang ditujukan untuk mendorong daya saing dengan Singapura dan Malaysia. PT Makmur Elok Graha merupakan anak Perusahaan Grup Artha Graha yang memegang hak ekslusif untuk mengelola serta mengembangkan Rempang Eco City. Dengan nilai investasi yang ditaksir mencapai Rp 381 Triliun, Rempang Eco City diyakini dapat memberikan eskalasi bagi peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan warga Rempang.

Jika investasi ini berjalan, pemerintah meyakini bahwa akan ada banyak dampak positif yang akan didapatkan. Pertumbuhan realisasi investasi akan diimbangi dengan keterlibatan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Perusahaan besar dengan UMKM akan terus dikembangkan sehingga investasi yang masuk ke daerah akan memberikan dampak positif bagi perkembangan pembangunan dan ekonomi rakyat. 

Pengembangan yang akan dilakukan akan terus mengedepankan kearifan lokal. Sehingga bukan hanya daerahnya yang akan maju, melainkan masyarakat akan terangkat juga. Dampak positif yang lain yaitu adalah terbukanya lapangan kerja seluas luasnya untuk masyarakat Rempang. Investasi ini memberikan kesempatan anak penduduk tempatan memperoleh haknya untuk mendapatkan pendidikan yang layak, terpadu, dan sukses di daerah sendiri.

Dari sisi infrastruktur, Rempang akan tertata rapi dan menjadi wilayah yang maju. Pemerataan pembangunan di Rempang mengalami eskalasi serta peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan warga. Pembangunan dermaga akan memudahkan masyarakat nelayan untuk berlayar dan beraktivitas, taraf kehidupan sosial Rempang  akan bertumbuh dan merata. 

Pengembangan kawasan Rempang Eco City juga akan meningkatkan kesehatan ekologis dan sosial jangka panjang. Terakhir, dengan program dari pemerintah ini, akan tercipta legalitas atas hunian penduduk di kawasan Rempang dan Galang. Penataan pemukiman penduduk tempatan akan terinteregasi dengan fasilitas dan infrastruktur yang baik.

Namun dari banyaknya dampak positif yang diberikan, masyarakat di 16 kampung tua Pulau Rempang menentang relokasi akibat Pembangunan Eco City. Bagi mereka, kampung -- kampung tersebut memegang arti historis dan kultural yang mendalam, bahkan sebelum era kemerdekaan Indonesia. Meski demikian, warga bukan menentang pembangunan itu sendiri, melainkan menentang harus di relokasi. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline