Lihat ke Halaman Asli

Survei Poltracking, Kunci Keputusan PDIP Mengusung Risma di Pilkada DKI Jakarta?

Diperbarui: 15 September 2016   23:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Poltracking

Elektabilitas Ahok dilaporkan terus menurun. Sebagai petahana yang menguasai segala sumber daya media dan sumber dana, penurunan elektabilitas Ahok jelas sangat mengkhawatirkan. Tapi sayangnya, timses Ahok dan Ahoker selalu menyalahkan lembaga survei dengan menyebutnya sebagai lembaga survei abal-abal.

Kini lembaga survei Survei terbaik yang dimiliki Indonesia dan selama ini sudah terbukti dan teruji sangat terpercaya dan sangat akurat, Poltracking justru melaporkan bahwa Ahok sangat mudah dikalahkan. Selama ini Poltracking merupakan lembaga survei yang sangat kredibel dan sangat dipercaya oleh timses Jokowi karena akurasinya.

Menurut survei Poltracking, jika terjadi head to head pasangan Ahok-Heru mampu dikalahkan dengan sangat mudah oleh pasangan Risma-Sandiaga Uno. Bayangkan saja, Ahok-Heru sudah berkampanye penuh selama setahun lebih melaui Teman Ahok, tapi dengan mudahnya dikalahkan oleh Risma-Sandiaga Uno yang belum melakukan kampanye.

Bagi DPP PDIP dan megawati sepertinya hasil survei Poltracking inilah yang dijadikan dasar keputusan PDIP untuk mengusung Risma. Seperti disampaikan oleh Djarot Saiful Hidayat selaku Ketua DPP PDIP Bidang Organisasi, Kaderisasi dan Keanggotaan, serta Puan Maharani selaku 'Putri Mahkota' PDIP, bahwa PDIP telah memutuskan mengusung kadernya sendiri dalam Pilkda DKI Jakarta 2017. Dan kader akar rumput PDIP telah sepakat akang mengusung Risma. Kita lihat saja, selama ini survei Poltracking belum pernah salah.

Menurut Direktur Eksekutif Poltracking, Hanta Yudha, banyaknya orang yang tidak menyukai Ahok membuat posisi petahana sangat lemah dan mudah dikalahkan. Apalagi Ahok sudah terkenal sebagai orang yang arogan, pemarah, emosional dan gemar mencari musuh. Survei Poltracking juga menunjukkan nilai negatif AHok lebih besar dibandingkan nilai positifnya. Seharusnya sebagai petahana elektabilitas terendah 60% agar aman dan bisa terpilih kembali. Jokowi, Risma, Abdullah Azwar Anas, Nurdin Abdullah, Rita, I Gede Winasa, Herman Deru dan banyak kepala daerah yang sukses meraih kemenangan tanpa perlu kampanye karena elektabiitas mereka sebagai petahana mencapai 90% lebih. Sedangkan elektabilitas Ahok terus menurun.

Ahok sendiri pernah mengomentari penyebab kekalahan adiknya sebagai petahana di pilkada Belitung Timur disebabkan elektabilitasnya kurang dari 50%. Sebelum pilkada digelar elektabilitas Basuri Tjahaja Purnama hanya 46%, sehingga dengan mudahnya dilibas oleh Yuslih Ihza Mahendra yang juga merupakan kakak dari Yusril Ihza Mahendra. Menurut Ahok, agar menang seorang petahana harus memiliki elektabilitas minimal 60%.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline