Lihat ke Halaman Asli

Marsellia Claudia

Turn everything into love

Urusan Piring, Perut, dan Lingkungan

Diperbarui: 26 Mei 2021   17:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi makanan sisa atau food waste. (sumber: Shutterstock/Wanessa_p via kompas.com)

Berdasarkan penelitian oleh The Economist Intelligence Unit (EIU) pada tahun 2017, Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah makanan terbanyak di dunia, yakni sekitar 300 kilogram tiap individu. 

Keadaan ini cukup miris, apalagi bila kita membandingkan dengan tingkat kelaparan di Indonesia yang masih dalam kategori serius, seharusnya makanan yang terbuang tersebut mampu menghidupi 28 juta atau sekitar 11% penduduk di Indonesia.

Apa itu Food Waste?

Food waste atau sampah makanan merujuk pada makanan siap konsumsi dan memenuhi gizi seimbang yang terbuang begitu saja. Sampah makanan menjadi penyumbang terbesar sampah di Indonesia. 

Berdasarkan data pengolahan sampah pada tahun 2017-2018 dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di beberapa regional seperti Jawa, sampah makanan masih mendominasi komposisi keseluruhan jenis sampah sebesar 46,75%.

Sampah makanan bisa terjadi pada tingkat distribusi dan konsumsi. Pada tingkat distribusi, sampah makanan berasal dari pasar tradisional atau supermarket, contohnya produk makanan yang sudah expired

Food Waste, sumber: cimsa.ui

Sedangkan pada tingkat konsumsi, sampah makanan berasal dari sisa potongan sayur atau buah serta kebiasaan menyisakan makanan.

Terkadang sampah makanan paling banyak bukan berasal dari restoran, pasar tradisional, atau supermarket, tetapi berasal dari rumah tangga. Perilaku-perilaku individu yang menyebabkan timbul sampah makanan:

  • Tidak menghabiskan makanan
  • Makan tidak sesuai porsi makanan
  • Membeli atau memasak makanan yang tidak disukai
  • Gaya hidup dan rasa gengsi bila menghabiskan makanan di depan orang banyak

Apa Sulitnya Membuang Makanan Sisa?

Saya adalah anak terakhir dari empat bersaudara. Karena terlahir di keluarga dengan keadaan perekonomian yang jauh lebih baik dari kakak-kakak, anak bungsu seperti saya ini cenderung lebih dituruti keinginannya.

Saya bisa makan apa saja yang saya mau. Ingin makan bakso? Bisa, tinggal beli. Mau ikan goreng setiap hari? Mudah, pergi saja ke pasar, pasti sudah dapat ikan. Tergiur instastory teman yang beli ayam krispi? 

Gampang, tinggal klik, barang langsung ada. Berkat kemudahan-kemudahan inilah akhirnya terbentuk sikap kurang bisa menghargai makanan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline