Lihat ke Halaman Asli

Marsellia Claudia

Turn everything into love

Layla Majnun: Tidak Ada Cinta yang Harus Dimaafkan

Diperbarui: 22 Februari 2021   09:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Layla (Acha Septriasa) dan Samir (Reza Rahadian) sumber: medium.com


Siapa yang tidak tahu Layla Majnun, kisah percintaan dramatis yang dikarang oleh sastrawan Persia asal Azerbaijan ternama: Nezami Ganjavi.  Cerita ini mengisahkan seorang pemuda bernama Qais yang mencintai Layla. Sayangnya, hubungan asmara ini tidak direstui oleh orang tua Layla. Qais pun ditinggal pergi kemudian Layla dinikahkan dengan saudagar kaya. Qais patah hati dan menjadi gila, oleh orang-orang di sekitarnya ia disebut Majnun (artinya gila).

Cerita Layla Majnun diadaptasi oleh Monty Tiwa ke dalam film dengan judul yang sama: Layla Majnun yang tayang di Netflix pada 11 Februari 2021. Dalam film ini, dikisahkan Layla akan dinikahkan dengan calon bupati bernama Ibnu, teman masa kecilnya. Pernikahan ini untuk membayar hutang budi pada keluarga Ibnu. Sejatinya, Layla sangat menolak adanya perjodohan. Prinsip yang ia pegang; bukan menikah kemudian cinta, melainkan merasakan cinta dahulu baru menikah.

Layla berprofesi sebagai guru Bahasa Indonesia dan mendapat kesempatan menjadi guru tamu di Azerbaijan. Di sana ia bertemu dengan Samir, salah satu mahasiswa. Pertemuannya dengan Samir di Azerbaijan membawanya pada perasaan cinta yang tulus. Di satu sisi ia sudah telanjur berjanji pada Ibnu dan keluarganya untuk menikah.  Berada di persimpangan, ia dipaksa memilih : cinta atau keluarga dan janjinya. Semua pilihan terasa sulit baginya, tetapi ia harus menentukan kesulitan mana yang akan dipillih.

Layla memilih untuk memperjuangkan cinta. Dengan memperjuangkan cinta, ia harus menderita. Layla meminta maaf karena sudah membawa orang yang dicintainya harus merasakan sengsara. Tapi Samir menjawab bahwa tak ada cinta yang harus dimaafkan karena cinta tidak salah. Perasaan cinta tidaklah salah.  Manusia lupa bahwa cinta adalah anugerah dari Khalik dan tidak pernah salah. Cinta menjadi tampak salah karena perbuatan manusia dalam menanggapi perasaan itu. Cinta menjadi seolah-olah salah karena keputusan yang dibuat atas perasaan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline