Dalam era digital dan komunikasi yang semakin canggih, media sosial telah menjadi pusat interaksi sosial dan sumber informasi bagi masyarakat Indonesia.
Namun, fenomena ini juga membawa implikasi yang kompleks, salah satunya adalah munculnya hiperrealitas. Hiperrealitas mengacu pada kondisi di mana representasi di media sosial menjadi lebih penting daripada realitas itu sendiri, menciptakan dunia maya yang seringkali memperkuat ilusi dan memudarkan batas antara fakta dan fiksi.
Dalam tulisan opini ini, penulis mengulas tentang tokoh pemikir filsafat kritis yakni Jean Baudrillard, hiperrealitas di media sosial, mengidentifikasi contoh-contoh yang relevan, serta membahas dampak dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk menghadapi realitas sosial yang terllihat.
Mengenal Jean Baudrillard
Jean Baudrillard, seorang tokoh berpengaruh dalam teori kebudayaan dan disebut juga sebagai filsuf kontemporer. Ia telah memberikan kontribusi besar pada era postmodern.
Baudrillard, seorang tokoh teori kritis, yang memiliki pemikiran pemikiran menarik. Selain itu ia juga komentator politik, sosiolog, dan fotografer asal Prancis.
Baudrillard lahir di Reims pada tanggal 27 Juli 1929, dan meninggal dunia di Paris, Perancis tanggal 6 Maret 2007. Pemikiran teoritisnya sejajar dengan tokoh-tokoh hebat lainnya pada zamannya, seperti Michel Foucault, Lacan, dan Derrida.
Fokus utama Baudrillard adalah tentang hakikat dan dampak komunikasi massa dalam masyarakat pasca modern. Dalam pemikirannya, Baudrillard dipengaruhi oleh konsep penting Marshall McLuhan tentang peran media massa dalam pandangan sosiologis.
Dia juga terinspirasi oleh pemikiran Mauss tentang objecticity dan linguisticsosiological interface, Sigmund Freud tentang psikoanalisis, Bataille tentang surrealisme dan erotisme, serta Marxisme.
Hiperrealitas dan simulasi menjadi inti pemikiran Baudrillard. Bagi Baudrillard, hiperrealitas adalah kondisi di mana ilusi menyatu dengan keaslian, masa lalu berpadu dengan masa kini, fakta bercampur baur dengan rekayasa, dan tanda tergabung dengan realitas.