Lihat ke Halaman Asli

Marpira Pira

Mahasiswa

Peran Fungsi Seloko Melayu Desa Rengas Bandung Muaro Jambi

Diperbarui: 20 Maret 2023   18:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penulis

Marpira(penulis 1), dan Dr. Drs. Ade Kusmana, M.Hum( penulis 2).

Sastra Melayu merupakan sastra yang berkembang ditengah masyarakat melayu yang sifatnya masih sederhana dan berhubungan dengan adat-istiadat, sastra melayu ini memiliki versi yakni lisan dan tulisan, sastra melayu secara lisan adalah sastra yang turun temurun dari mulut ke mulut, sedangkan sastra tulisannya salah satunya adalah manuskrip, sastra melayu dapat memberikan informasi mengenai cerita-cerita pada zaman dahulu, yang mungkin sudah berbeda dengan kondisi sekarang ini. Untuk itu, mengkaji karya sastra melayu sangat menarik dilakukan, supaya masyarakat melayu dapat mengetahui informasi yang terkandung dalam karya sastra melayu tersebut.

Sastra Melayu mencerminkan kreativitas mental masyarakat Melayu yang diwujudkan dalam bentuk sastra, baik yang berupa prosa-fiksi, yakni hikayat, mite, legenda, dongeng, maupun puisi, seperti syair, pantun, pepatah - petitih, seloko. Sastra Melayu berdasarkan periode dibagi menjadi dua macam yakni sastra klasik dan sastra modern. Sastra Melayu klasik merupakan sastra lama yang lahir pada masyarakat dan terikat oleh adat istiadat. 

Sastra Melayu klasik tidak dapat digolongkan berdasarkan jangka waktu penciptaan dan siapa penciptanya, karya sastra pada zaman dahulu dianggap milik bersama, namun penggolongan yang sering dilakukan yaitu berdasarkan isi cerita, dan pengaruh asing. Seloko juga termasuk kedalam karya sastra yang sangat unik untuk di teliti dan dipelajari karena seloko merupakan salah satu warisan nenek moyang di daerah-daerah tertentu.

Seloko merupakan ungkapan tradisional yang memuat kata-kata adat atau kata undang, petatah - petitith, pantun, petuah dan kata kias lainnya. Seloko adat sangat bermanfaat dan memiliki kedudukan penting bagi kemanusiaan. Kandungan dari seloko adat banyak menyiratkan nilai-nilai yang berguna dan bermanfaat bagi kehidupan masyarakat Melayu Jambi. Seloko merupakan sastra daerah yang harus dilestarikan. Jika seloko tidak dilestarikan oleh generasi muda Indonesia khususnya daerah Jambi akan menjadi hal yang sangat disayangkan karena seloko merupakan sastra lisan yang bernilai tinggi.

Seloko dapat dijadikan kesempatan Indonesia memperkenalkan sebuah warisan sastra lisan Melayu Jambi yang bernilai tinggi Karena pada saat ini banyak sekali generasi muda khususnya di Kota Jambi yang tidak mengetahui apa itu seloko dan bagaimana bentuknya. Jika seloko diajarkan di sekolah khususnya pada pembelajaran puisi rakyat maka seloko tidak akan cepat punah. Setelah peneliti telusuri, permasalahan yang muncul sehingga guru mata pelajaran Bahasa Indonesia tidak mengajarkan seloko di dalam materi pembelajaran puisi rakyat dikarenakan bahan ajar mengenai seloko sangat minim bahkan mungkin tidak ada.

 Saat ini seloko di Jambi khususnya di Kota Jambi sudah mulai tergusur, karena sudah banyaknya pengaruh-pengaruh dari budaya asing yang menyebabkan para remaja di Kota Jambi melupakan begitu saja budaya yang ada di daerahnya.

Banyak masyarakat di Kota Jambi terutama kalangan anak muda tidak mengetahui apa itu seloko, jangankan bentuk dari seloko, apa arti seloko saja mereka sudah tidak mengetahui sedikitpun. Hal tersebut sungguhlah sangat disayangkan, seloko merupakan tradisi lisan warisan budaya dari nenek moyang masyarakat Melayu Jambi yang seharusnya kita lestarikan, jika seloko tidak dilestarikan oleh generasi muda Jambi, seloko bisa saja punah dan tidak akan diketahui oleh generasi-generasi masyarakat Jambi selanjutnya.

Berkaitan dengan hal tersebut, peneliti memilih seloko adat ulur antar serah terimo penganten sebagai data dari penelitian ini. Hal yang mendasari peneliti untuk memilih seloko adat ulur antar serah terimo penganten adalah dikarenakan seloko adat perkawinan masih sangat sering dijumpai pada acara pernikahan masyarakat Kota Jambi, jika suatu waktu ada siswa yang melihat seloko di suatu acara pernikahan siswa tersebut langsung akan memahami secara langsung bagaimana tuturan dan bahasa seloko adat ulur antar serah terimo penganten digunakan. Peneliti mengambil lokasi penelitian ini di Kota Jambi tepatnya di desa rengas bandung untuk melakukan penelitian di lapangan. 

Walaupun Kota Jambi tidak terlalu identik dan kental dengan adat Melayu, dengan adanya penelitian di rengas bandung, peneliti ingin menunjukkan bahwa di Kota Jambi juga masih banyak yang menggunakan seloko adat , terutama di acara pernikahan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline