Lihat ke Halaman Asli

Legalisasi Nikah Beda Agama, Siapa Takut

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru baru ini jagad maya dihebohkan dengan seorang mahasiswa FHUI yang menggugat UU perkawinan di MK. Yang jadi heboh adalah bahwa salah satu dari mahasiswi tersebut, berjilbab.
Dilihat dari alasannya, memang agama Islam 'kelihatannya' akan kalah argumen karena secara konstitusional memang hak setiap warga negara untuk menikah dengan siapapun. Kemudian ada argumen lain bahwa undang undang tidak boleh dibuat hanya untuk mengakomodasi pendapat satu agama saja yaitu agama islam. Disisi lain melihat perimbangan kuantitas pemeluk agama, tentu agama selain Islam akan senang menerima limpahan pendatang baru di keluarga mereka, dengan harapan bahwa anggota keluarga baru tersebut atau anak hasil perkawinan tersebut akan menjadi pemeluk agama mereka. 'Bagus juga' kelihatannya di kuantitas demografi pemeluk agama. Ini pun selangkah lagi dari nikah sesama jenis.
Paling paling yang akan kuatir ya segelintir dari orang Islam yang karena ada ayat al quran yang berbunyi demikian...
"Dan takutlah kalian jika meninggalkan generasi yang lemah, takutlah kepada Allah atas keadaan generasi kalian, takutlah kepada Allah & berkatalah dengan perkataan yang benar” (QS 4:9)

Lemah disini selain lemah harta, akal dan kedudukan, juga lemah agama. Padahal Nabi Yakub alaihissalam, Lukman, serta nabi Ibrahim alaihissalam didalam al quran digambarkan bahwa mereka selalu mengingatkan anak anak mereka untuk memegang teguh tauhid, bahkan hingga akhir hayatnya itulah yang ditanyakan oleh nabi Yakub, 'apakah sepeninggalku kalian akan tetap pada agama ini?' Kurang lebih seperti itulah redaksionalnya.

Tetapi selebihnya mungkin adalah orang islam yang merasa bahwa muslimah menikah beda agama bukanlah zina, dan tidak ada perasaan bahwa hal tersebut dilarang dan mereka tidak juga merasa pwrlu untuk mematuhi agama.

Hemat saya, sebetulnya orang islam jangan juga terlalu kuatir sampai heboh sendiri. Segala upaya dikerahkan, tapi kalah argumen karena punggawa punggawa pro-nikah beda agama rupanya adalah orang-orang pintar, berpendidikan tinggi. Paling paling umat Islam hanya bisa teriak-teriak saja.

Tapi ya jangan kuatir. Pengalaman saya di negara-negara Eropa dan Amerika yang sudah sebegitu bebasnya, zina, ganja, pernikahan beda agama dan sesama jenis dilegalkan. Tapi toh pertumbuhan agama Islam tetap yang paling tinggi.

Justru barangkali ada hikmahnya, ini sangat hati hati saya kemukakan. Tapi sesungguhnya justru barangkali jikapun kelak jumlah umat Islam berkurang di Indonesia, ini semua ada hikmahnya.

Generasi muslim mendatang mungkin berkurang secara kuantitas, tapi dari yang tersisa itu, kualitasnya semakin baik. Jangan kuatir dan jangan putus harapan. Malah ini akan jadi ajang seleksi human capital yang baik, barangkali, in sya Allah. Saya sudah melihat sendiri, betapa militannya muallaf-muallaf Eropa dan Amerika dalam berdakwah. Lihat saja gerakan muslim amerika mission dawah, ustadz samuel vogel di jerman, ustadz yusuf estes di amerika, di australia. Militan sekali muslimahnya rapi berjilbab, mau dipoligami, malah mendapat keuntungan besar bagi gerakan agama karena yang bertahan dan masuk islam, biasanya yang pendidikannya cukup baik dan aktif bermasyarakat.

Tentu dalam hal ini yang perlu diwaspadai adalah muslimah muslimah yang tidak tahu, atau yang telanjur termakan rayuan cinta. Untuk itulah umat islam harus legowo jika satu persatu pegangan kita di Indonesia tercerabut. Tanpa landasan konstitusi, tanpa nama besar "mayoritas agama" atau "muslim terbesar di dunia". Hanya berpegang pada keimanan semata. Untuk saat ini mari sebarluaskan kecintaan pada agama ini..

Ingat hanyalah kecintaan pada agama, yang mampu menjadi tameng dari sekularisme, liberalisme, dan pluralisme semu.

Tetapi tidak masalah, Allah subhanahu wa ta'alla akan menjaga agama ini, hanya saja pada kereta kehidupan, ada orang orang yang terlena dan memilih beristirahat di 'stasiun', mereka itulah yang akan diganti Allah dengan generasi yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline