Lihat ke Halaman Asli

Marojahan Tampubolon

Dosen, Doktor Bidang Elektronika

Bisa Belajar Apa dari Peristiwa Jumat Agung?

Diperbarui: 26 Januari 2023   13:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Peringatan kematian Yesus Kristus adalah salah satu momen penting bagi mereka yang memeluk Kristen Protestan maupun yang menganut Katolik. 

Peringatan ini bukan hanya ritual belaka, tetapi juga menjadi salah satu pilar iman dan fondasi teologi kekristenan. Karena tanpa kematian Yesus, teologi kekristenan akan mengalami kekosongan dan ketidaksinambungan.

Bagi orang-orang yang mengalami langsung persitiwa tersebut, kematian Yesus memiliki berbagai kemungkinan makna dan sudut pandang. 

Bagi orang-orang Farisi dan Ahli Taurat, kematian Yesus adalah wujud kemenangan mereka dalam menyingkirkan Yesus dari panggung kepemimpinan-Nya yang sudah mulai "viral". 

Bagi sebagian besar orang Yahudi, kematian Yesus adalah sesuatu yang memuaskan karena keinginan mereka untuk menyalibkan Yesus benar-benar dapat terjadi dan dikabulkan oleh penguasa pada masa itu yaitu Pilatus. 

Mereka melihat bahwa hukuman itu pantas diberikan bagi orang yang menghina Tuhan. Mungkin bagi para tentara Romawi, kematian Yesus hanya salah satu perintah atasan yang berhasil ditunaikan.

Beda halnya dengan kelompok masyarakat di atas. Bagi sebagian murid Yesus, peristiwa itu adalah simbol kekalahan dan padamnya harapan. 

Maklum, mereka salah kaprah dengan misi Yesus, dimana mereka berpikir bahwa Yesus akan memimpin secara politik, dan akan membebaskan mereka dari penguasaan Kekaisaran Roma yang menguasai tanah mereka kelak.

Jika kita hidup pada saat itu, kita mungkin masuk dalam salah satu kelompok ini. Namun, kita sebagai pembaca sekarang yang telah mengetahui perjalanan Yesus, tidak perlu lagi menerka-nerka apa yang akan terjadi dan apa dampak dari peristiwa tersebut. 

Dari berbagai interpretasi dan refeksi yang dapat dibuat dari rangkaian peristiwa penyaliban, ada satu tema inti disana, yaitu "penebusan". Penebusan menghasilkan perdamaian dan rekonsiliasi.

Mari kita tidak menjadi terlalu teologis dalam artikel ini. Sehingga kita tidak perlu mendiskusikan mengapa harus ada kematian agar terjadi perdamaian, atau mengapa nyawa satu orang bisa menebus semua umat manusia. Kita tinggalkan pertanyaan tersebut untuk dijawab para teolog. Mari kita berfokus pada ucapan Yesus di kayu salib.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline