Lihat ke Halaman Asli

Percayalah, kampung kesedihan selalu berlalu.

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Percayalah, kampung kesedihan selalu berlalu.

Subhanallah, menghargai sesuatu termasuk hal yang teramat sulit juga(ternyata). Karena di dalam kata menghargai terselip satu kata, adalah “IKHLAS”. Bagaimana mungkin tidak sulit, ikhlas menerima harus selalu mencoba berdamai dengan ego kita. Sungguh, saya tidak menyalahkan siapapun dalam berpendapat, merancang kegiatan. Saya juga tidak ingin selalu mementingkan ego. Saya menulis ini, supaya hati ataupun rasa ingin yang besar ini terbalut kelegaan. Barangkali, teman saya membaca ini, sungguh saya menyayangi kalian semua. Waktu memang terus berjalan, bukan? Membawa kita dari satu tempat ke tempat lain. Memisahkan raga yang telah lama bersama. Membuat kita mengerti betapa, ketika kita telah nyaman dengan seorang sahabat dan harus berpisah mengisahkan kenangan yang termat indah. Kenangan yang jika dikenang membuat gundukan rasa “kangen”. Baiklah, saya hanya merasa tidak seberuntung kalian, sahabat. Bergelut dengan keadaan?sungguh, Saya tidak akan menang. Menelan ketidakbisaanku menikmati setiap candaan bersama kalian berarti aku harus menghargai keadaan skenario dari Tuhan. Belajar memahami makna kata ikhlas. Pun jika memang saya tidak bisa hadir, saya sungguh menginginkan bisa hadir, bercerita dengan kalian di lain waktu. Karena rasa rindu yang termat besar sehingga ego ini berkontraksi pada keadaan yang terhalang. Meski pertemuan yang terencana ini untuk kedua kalinya saya tidak bisa hadir, saya sungguh berdoa dalam hati. Semoga ego ini selalu luruh karena kenangan yang terukir amat indah. Semoga untuk pertemuan kesekian kali, saya dapat hadir menikmati candaan, senyum, dan cerita bersama kalian. Karena kampung kita tak akan pernah sepi. Kampung yang dihuni beragam senyum,dan semangat yang luar biasa. Dimana ketika kesediahan merenggut kebahagiaan maka akan ada kebahagiaan lain yang menunggu. Percayalah, kampung kesedihan hanyalah ilusi, akan terus berlalu seiring penghuni selau tersenyum. saya hanya percaya pada Tuhan, jikalau hari ini banyak kesedihan yang membalut maka suatu hari nanti kebahagiaanlah yang akan merobek balut kesediahan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline