Lihat ke Halaman Asli

Novel

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Pertemuan

Setiap pagi seperti biasa Gendis selalu melakukan kegiatan diawali dengan berolahraga di halaman rumahnya. Gendis selalu berolahraga sendiri dengan ditemani dengan kucing peliharaannya bernama “Bimo”. Namun pagi ini ada yang berbeda dari biasanya, yaitu gendis berolahraga dengan keluar istana rumahnya bersama dengan Bimo. Gendis merasakan hal yang berbeda, ia merasa bahwa olahraga diluar rumah lebih asik karena banyak bertemu dengan orang-orang yang sedang berolahraga juga. Udara diluar juga lebih sejuk dan asri. Selain itu, gendis juga bisa bersosialisasi dengan masyarakat yang ada di sekitarnya dan mempunyai banyak teman. Itu yang membuatnya sangat senang dan makin semangat berolahraga.

Ketika sedang joging bersama Bimo, gendis kaget karena ada kucing lain yang datang menghampiri Bimo, sentak gendis hendak mengambil bimo dan menggendongnya. Gendis juga berusaha untuk mengusir kucing itu agar menjauh dan tidak mengganggu bimo lagi. Namun, tiba-tiba datanglah seorang pria bernama Sakti, ia bermaksud untuk mengambil kucingnya, dan ia pun segera meminta maaf kepada Gendis karena kucingnya telah mengganggu bimo. Dengan senang hati Gendis memaafkannya. Sakti merasa bahwa kucingnya ingin bermain dengan bimo.

“oya... sebelumnya, nama saya sakti dan ini kucing saya namanya mala”. Bicara Sakti sambil mengulurkan tangan.

“Nama saya Gendis dan ini namanya Bimo”. Bicara Gendis sambil tersenyum.

Setelah kejadian itu mereka memutuskan untuk joging bareng bersama dengan Bimo dan Mala juga. Sambil joging mereka mengajak main kucingnya, dengan raut wajah yang sangat gembira mereka berdua menikmati moment indah ini.

“Sepertinya hari semakin siang, sudah saatnya kita pulang Bimo”. Tutur Gendis.

“Bagaimana kalau saya antar kamu pulang”. Tutur Sakti.

“Dengan senang hati”. Jawab Gendis dengan raut wajah bahagia.

Gendis sangat senang sekali karena sakti mengantarkannya pulang kerumah, itu moment yang tak akan pernah terlupakan bagi gendis. Ia berharap lain waktu bisa bertemu kembali dengan sakti.

***

Kampus....

Seperti biasa Gendis selalu diantar Pak Tarno sopirnya ke kampus, ia tidak di ijinkan oleh ayahnya bila menyetir sendiri, maklum itu karena gendis putri satu-satunya dari keluarga Bowodiningrat.

Sesampainya di kampus ia langsung bertemu dengan teman-temannya dan segera masuk kelas. Gendis selalu rajin masuk kelas, ia tak pernah bolos dari kampus. Maka tak heran bila gendis disebut mahasiswi teladan di kampusnya, banyak prestasi yang ia raih. Selain itu,  Gendis merupakan Putri Kampus, ia memiliki paras wajah yang cantik, baik hati serta tutur kata yang lembut dan ia juga sangat telaten dalam hal apapun. Maka dari itu tak jarang semua mahasiswa dikampus mengenal Gendis.

Dikampus gendis juga aktif dalam beberapa kegiatan mahasiswa, ia selalu ikut serta dalam kegiatan apapun yang sifatnya positif. Seperti acara bakti sosial, bazar, dan masih banyak lagi.

***

Setelah kelas sudah selesai, Gendis bersama dengan teman-temannya menuju ke kantin kampus untuk makan siang. Menu makanan favorit Gendis yaitu Gudeg Yogya Ibu Sarti dan minumnya pasti Es teh manis. Sampai teman-temannya bosan melihat Gendis makan Gudeg terus.

“ndis, kamu nggak bosen makan gudeg terus setiap hari?.” tanya Maya (teman gendis).

“nggak kok, aku malahan lahab banget kalau makan sama gudeg, kalau liat menu lainnya aku kurang selera.” Tutur Gendis.

“tapi kok kelihatannya enak ya ndis? Boleh aku mencobanya?” tutur Tari (teman gendis).

“ohh.. boleh kok, silahkan saja.” Tutur Gendis.

“wuenaaakkkkkk juga ternyata Gudeg nya ndis.. aku jadi pengen pesen juga ahh.” Tutur tari

Tari pun ketagihan dan mulai menyukai gudeg itu, setiap makan siang tari juga selalu pesan gudeg yang sama dengan gendis. Berbeda dengan Maya, ia tidak menyukai makanan khas yogya itu. Mungkin karena Maya blasteran Indo-Bule yang biasa dengan makanan ala-ala barat, jadi lidahnya nggak cocok dengan makanan daerah seperti ini.

Kenyang seusai makan tak lupa tiga sahabat ini menjalankan shalat zhuhur, dan mereka segera berbegas pergi ke masjid kampus. Selain shalat dimasjid juga mereka manfaatkan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perkuliahan lagi.

Puas beristirahat mereka bertiga segera masuk kelas kembali untuk mengikuti mata kuliah selanjutnya, namun ditengah-tengah perjalanan menuju kelas, Gendis bertemu dengan Sakti yang ternyata satu kampus dengannya.

“Hei... kamu kuliah disini juga?” sapa gendis.

“Iyaa.. aku kuliah disini ambil jurusan managemen.” Tutur sakti.

“wahhhh kamu anak managemen, ternyata kita satu fakultas, aku jurusan akutansi. Tapi kok aku nggak pernah ngelihat kamu ya?” tutur gendis.

“ohh iyaa,, kok bisa kebetulan gini ya? Mungkin karena aku jarang dikampus, makannya kamu jarang melihat aku. Maklum aku sekarang lagi sibuk menyelesaikan tugas skripsi nih.” Kata Sakti.

“oalah... jadi kamu mahasiswa tingkat akhir toh. Ohh iya sampai lupa, kenalin ini temen aku namanya Maya dan Tari.” Tutur gendis.

“iyaa.. aku Sakti (Sambil mengulurkan tangan ke Maya dan juga Tari). Ehmm... sorry nih, aku buru-buru soalnya harus ketemu dosen. Lain waktu kita ketemu lagi ya. Byee...” Tutur sakti (sambil meninggalkan mereka bertiga).

Gendis merasa sangat senang sekali bisa bertemu sakti lagi, dan yang paling tidak disangka oleh gendis bahwa ternyata sakti satu kampus dengannya.

***

“Akhirnya, perkuliahan hari ini selesai badan juga terasa sangat lelah sekali. Paling enak ini pulang kerumah, bikin jahe hangat dan beristirahat”. Tutur Gendis.

“ehmmm... bener banget itu ndis, yaudah kita pisah disini yaa..”. Tutut Maya dan Tari.

“yasudahhhh aku juga sudah di jemput sama pak tarno, sampai ketemu besok ya, byeeeee”. Tutur gendis (sambil naik ke mobil).

Sesampai dirumah Gendis langsung membersihkan badannya dan tak lupa bikin jahe hangat untuk mereleksasikan badan, yang seharian ini melakukan aktivitas.

Saat sedang menikmati secangkir jahe hangat tiba-tiba Bimo menyamperin gendis yang duduk di ruang tengah. Dengan penuh kasih sayang gendis langsung menggendong bimo sambil mengelus-elus badannya yang diselimuti bulu-bulu lembut.

“Rasa capek seketika hilang setelah bertemu dan bermain dengan bimo.” Bicara gendis sambil bermain-main dengan kucing kesayangannya.

Tak terasa hari pun sudah larut malam, gendis mengakhiri pemainannya dengan bimo dan memasukan bimo ke dalam kandangnya untuk beristirahat. Tak lupa sebelum tidur Gendis seperti biasa ia membuat susu agar bisa tidur dengan nyenyak.

***

Pet Shop

Pagi yang cerah menghiasi setiap sudut rumahku.

Gendis terbangun dari tidurnya yang pules ketika mendengar suara adzan berkumandang dari masjid, kebetulan rumah gendis tidak jauh dari masjid, jadi bila suara adzan berkmangdang suaranya terdengar sangat jelas dari rumah Gendis. Tak lama Gendis segera bergegas bangun dan mengambil air wudlu untuk menunaikan ibadah shalat shubuh.

Selesai shalat tak lupa gendis merapihkan kamarnya dan membantu ibunda nya di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Menu sarapan pagi ini diruah Gendis adalah Nasi Goreng Jawa, ini merupakan salah satu menu khas di dalam keluarga Gendis.

Sudah kenyang habis sarapan Gendis langsung menyiapkan makanan juga untuk Si Bimo. Sepertinya bimo sangat lapar, karena begitu  gendis  memberikan makanannya, bimo langsung melahap dengan cepat.

“senang sekali aku melihat kamu makan dengan lahap bimo.” Bicara Gendis dengan kucingnya sambil mengelus-elus badannya.

“ohh iyaaa bimo.. hari ini waktunya kamu untuk melakukan perawatan ke pet shop ya.” Masih bicara gendis.

Gendis pun segera bersiap-siap mandi dan membawa bimo ke pet shop langganannya. Dengan di antar pak tarno mereka segera berangkat.

***

Sesampainya di pet shop, Gendis langsung memberikan kucingnya ke pelayannya untuk segera dilakukan perawatan terhadap si bimo. Dan Gendis disuruh menunggu di ruang tunggu pengunjung.

Untuk menghilangkan rasa jenuh karena menunggu, Gendis bermain games di Handphone nya. Ketika sedang asik bermain games tiba-tiba ada yang menegur Gendis, dan ternyata itu Sakti yang menegurnya.

“Hey.. gendis.” Sapa Sakti

“Heyyyy... sakti, kok kamu bisa ada disini juga?” tanya gendis dengan raut wajah senang.

“iya, aku lagi membawa Mala untuk perawatan disini, dan kebetulan hari ini jadwalnya untuk perawatan.” Jawab sakti.

“Oalahhhhh... jadi kamu suka bawa mala kesini juga, bisa kebetulan gini lagi yaaa..” tutur Gendis

“iyaa yaa.. kenapa kita bisa selalu kebetulan gini? Inget gak waktu kita gak sengaja ketemu dikampus? Dan ternyata kita kebetulan satu kamus.” Tutur Sakti dengan ekspresi yang ceria.

“iyaa aku inget banget. Mungkin kita jodoh selalu dipertemukan dimana-mana.” Jawab Gendis dengan ekspresi malu-malu.

“hahhaa.... bisa aja kamu ndis. Tapi mungkin juga tuh jodoh. Wow....” tutur Sakti.

“heheeheee... oh iya boleh tukeran nomor hp, ya siapa tahu kalau mau bawa si Bimo kesini bisa bareng.” Tutur Gendis.

“dengan senang hati, ini nomor aku 08101235629.” Jawab sakti sambil tersenyum.

“terima kasih sakti.” Tutur gendis.

“sama-sama, oh iyaa sepertinya Mala dan Bimo sudah selesai tuh perawatannya, coba kita lihat ke dalam.” Tutur Sakti sambil menggandeng tangan Gendis dan berjalan menuju ruang perawatan kucing.

***

Mala dan Bimo terlihat sangat segar sekali setelah melakukan perawatan, dan sepertinya mereka ingin segera bermain bersama. Lalu Gendis dan Sakti mengajak kucingnya ke tempat bermain hewan yang tak jauh dari pet shop.

Melihat mala dan bimo bermain sangat lincah sekali, dan sesekali mala dan bimo mendatangi Sakti dan Gendis untuk sekedar di elus-elus badannya.

***

Akhirnya....

Gendis duduk diteras rumahnya sambil membaca majalah ditemani dengan segelas jus alpukat dan sepiring biskuit yang berada di atas meja, ia terlihat sangat anggun sekali mengenakan kaos lengan pendek berwarna putih dan memakai rok batik ¾, rambutnya yang terurai panjang dihiasi dengan bando berwarna coklat senada dengan rok batiknya.

Bara bara bara!!! Bere bere bere!!!

Suara handphone Gendis berbunyi, ia mengangkat teplon itu dengan suaranya yang lembut dan tutur kata yang santun. Gendis tak menyangka bahwa yang menelponnya ialah Sakti. Sakti menelpon Gendis bermaksud untuk mengajaknya jalan-jalan sore ke Alun-alun kota. Tanpa ragu-ragu Gendis langsung menerima ajakan Sakti. Kala itu waktu menunjukan jam empat sore.

Tak selang berapa lama Sakti sampai di depan rumah Gendis dengan menggunakan motor gedenya berwarna merah serta mengenakan jaket hitam, sakti terlihat sangat tampan dan gagah. Gendis pun segera berpamitan dengan Ayah dan bunda nya untuk meminta ijin pergi bersama Sakti. Dengan ramah hati kedua orang tua gendis mengijinkan Gendis pergi, tak lupa mereka memberitahu sakti agar tidak pulang terlalu malam, karena tidak baik anak gadis pulang malam.

Sakti dan Gendis pun pergi berdua dengan berboncengan dimotor. Mereka terlihat sangat romantis sekali. Sampai di alun-alun kota mereka berdua duduk di bawah pohon rindang sambil memakan ice cream dan menikmati suasana alun-alun yang ramai dengan banyak pengunjung yang datang disertai banyak pedagang yang berjualan disini. Tak jarang di alun-alun terdapat anak-anak yang suka melakukan aksi freesyle sepeda, sontak itu menarik perhatian pengunjung untuk melihatnya. Tak ketinggalan Gendis juga ingin melihat aksi freesyle tersebut dan mengajak Sakti untuk melihatnya.

“Sakti, kita lihat kesana yuk...” ajak Gendis sambil menarik tangan sakti.

Dengan senang hati sakti menemaninya. Gendis sangat takjub sekali menonton aksi itu.

“kamu baru pertama kali yaa nonton freestyle seperti ini?” tanya Sakti.

“iyaa.. ini baru pertama kalinya aku nonton freestyle.” Jawab Gendis dengan raut wajah yang ekspresif.

“pantesan... keliatan dari ekspresi kamu.” Tutur Sakti.

“masa sih? Aku jadi malu nih...” jawab Gendis dengan pipi memerah.

Melihat aksi freestyle itu sudah hampir selesai, tiba-tiba sakti menarik tangan Gendis dan mengajaknya untuk duduk kembali di bawah pohon rindang.

“Sakti, kok kamu bawa aku kesini? Kan freestyle nya belum selesai.” Tanya Gendis.

“iyaaa aku sengaja bawa kamu kesini, karena aku mau bicara sesuatu sama kamu?” jawab Sakti.

“Kamu mau bicara apa sakti?” tanya Gendis.

“aku suka ndis sama kamu....” ungkap Sakti sambil memegang tangan Gendis yang lembut.

“sungguhkah kamu suka denganku?” tanya Gendis dengan ekspresi terkejut.

“iyaa.. aku menyukaimu, aku mencintaimu sejak pertama kali aku bertemu denganmu saat joging waktu itu.” Jawab sakti

“aku sebenarnya juga menyukaimu sakti dari pertama kali kita bertemu.” Ungkap Gendis.

“jadi sekarang kita resmi jadian..” tutur sakti sambil memeluk lembut gendis.

“iyaaa sakti.” Jawab gendis dan membalas pelukan itu dengan tangannya yang memegang pundak Sakti.

Sakti melepas pelukannya dengan perlahan, dan berkata pada gendis,

“Aku akan menjagamu ndis, tak ada seorangpun yang boleh menyakitimu.” Tutur Sakti sambil memegan pipi Gendis dengan kedua tangannya.

“iya sakti, aku percaya kalau kamu bisa menjaga aku.” Jawab Gendis.

“Sepertinya hari sudah semakin sore dan mau magrib, sebaiknya kita pulang yuk, aku teringat pesan orang tuamu agar jangan pulang terlalu malam.” Tutur Sakti.

“iyaa.. sebaiknya juga begitu.” Jawab Gendis.

***

Mereka berdua pulang dengan perasaan bahagia. Selama perjalanan pulang di motor gede nya sakti, gendis memeluk erat sakti sambil bersandang di punggungnya dengan sepenuh hati.

Gendis sangat senang sekali hari ini. Akhirnya yang ia tunggu selama ini menjadi kenyataan, bisa jadian dengan Sakti. Cowok yang selama ini ia suka. Gendis berharap hubungannya dengan sakti akan terus berjalan langgeng sampai waktu yang memisahkan.

***

Kebersamaan

Semenjak saat itu, Gendis tak pernah di antarkan lagi oleh pak Tarno ke kampus, karena setiap pagi Sakti selalu menjemputnya untuk berangkat bareng ke kampus.

Pagi itu menunjukan pukul delapan, Sakti sudah menunggu Gendis di depan rumahnya untuk berangkat ke kampus. Gendis segera siap-siap dan berpamitan dengan orang tuanya.

“Ayah bunda, Gendis berangkat ke kampus dulu yaa.. sekarang gendis tidak diantarkan pak tarno lagi, karena sudah ada sakti yang menjemputku”. Tutur gendis sambil cium tangan ke orang tuanya.

“Hati-hati ya ndok di jalan”. Jawab sang ayah.

Greng...!!!

Suara motor Sakti menyala dan siap untuk berangkat ke kampus.

***

Sepulang kuliah Sakti meminta Gendis untuk menemaninya bermain voli bersama teman-temannya. Dengan senang hati Gendis mau menemani pacar barunya itu. Sakti merupakan salah satu  anggota serta pengurus UKM Voli di kampus. Sejak awal masuk kuliah Sakti mulai bergabung dengan UKM Voli. karena voli merupakan hobinya sejak lama. Bersama UKM Voli Sakti sudah mengantongi beberapa medali dalam beberapa kejuaraan voli antar kampus.

“Sayang... sepulang dari kampus nanti, temani aku bermain voli yaa..” ajak Sakti.

“kamu suka main voli ternyata yang? Iyaa nanti aku temani kamu”. Jawab Gendis.

“iyaa.. aku suka banget main voli, bisa dibilang voli itu adalah hobi aku hehehe..”. Jawab Sakti sambil tertawa kecil.

“oalah... kok bisa sama ya yang? Sebenernya aku juga hobi bermain voli, tapi sudah 2 tahun terakhir ini aku fakum dan jarang lagi main voli”. tutur gendis.

“yang bener kamu sayang....? kenapa kamu tidak ikut bergabung saja dengan UKM Voli di kampus? Aku kan salah satu pengurusnya... hehehe” tutur Sakti.

“Maunya sih gitu, tapi aku udah lama tidak main voli pasti nanti tangan pada kaku lagi pas main”. Jawab Gendis.

“Tenang!! Nanti kamu kan bisa latihan bareng sama aku, jadi nanti bisa sekalian aku latih sedikit-sedikit, yang penting kan kamu udah ada basic dan skill bermain voli”. tutur Sakti.

“oke.. sayang aku mau bergabung dengan UKM Voli, tapi tidak sekaran yaa, mulai minggu depan saja. Sekarang aku nemenin kamu saja sekalian mau melihat dulu”. Jawab Gendis.

***

Akhirnya perkuliahan mereka telah selesai, dan Sakti sudah menunggu Gendis depan kelas untuk segera mengajaknya ke lapangan voli.

Ketika melihat Sakti bermain voli Gendis sangat terpesona sekali dengan pacar barunya itu, dan ia merasa ketampanan Sakti semakin bertambah ketika bermain voli dengan sangat bagus. Gendis juga baru tahu ternyata Sakti ialah kapten di tim nya dan menjadi motor serangan untuk tim nya itu. Gendis merasa sangat beruntung bisa menjadi kekasih hatinya Sakti seorang Kapten tim Voli.

Selesai bermain voli, Sakti mengajak Gendis untuk menonton film di bioskop.

“Sayang.. kita nonton film yuk..”. ajak Sakti.

“Kamu nggak capek sayang abis main voli ngajak aku nonton”. Jawab gendis.

“Nggak yang, rasa capek ini seketika hilang bila melihatmu ada di sampingku”. Tutur Sakti dengan bencandaan kecil.

“ahhh kamu bisa aja sih yang, gombal banget”. Jawab Gendis dengan senyum-senyum manis.

Malam itu terasa sangat indah bagi sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara ini. Mereka sangat menikmati tontonan film yang di putar dibioskop. Sesekali Sakti memegang dan mencium tangan Gendis yang ada disamping tangannya sambil sedikit bercengkrama dengan Gendis.

“sayang.. ini adalah kencan pertama kita, kamu senang gak?” tutur Sakti.

“iyaa, ini baru pertama kalinya aku kencan dengan cowok dan aku sangat senang sekali. Makasih sayang”. Jawab Gendis sambil bersandar dibahu Sakti dengan penuh mesra.

Tak terasa filmnya yang mereka tonton sudah selesai, dan mereka langsung pulang kerumah karena Gendis teringat pesan orangtuanya agar tidak pulang terlalu malam.

***

Hari minggu pagi

Gendis bangun dari tidur malamnya dengan dengan wajah yang terlihat tersenyum-senyum sendiri mengingat moment indah semalam bersama dengan Sakti. Itu merupakan hal yang paling indah yang pernah Gendis rasakan dalam hidupnya.

Ia sangat terkesan dengan kencan pertamanya itu, terlebih saat Sakti mencium tangannya dengan penuh perasaan sayang terhadapnya. Saking asiknya membayangkan hal semalam, sampai-sampai Gendis tak sadar bahwa dari tadi ibunda nya memanggilnya.

Tok!! Tok!! Tok!!

Suara pintu kamar Gendis diketok oleh ibunya sambil memanggil-manggil Gendis, karena sudah terlalu lama bundanya mengetuk pintu namun tak ada jawaban. Akhirnya bundanya langsung membuka pintu dan masuk ke kamar gendis.

“ndis.. ndis..”. panggil bunda Gendis sambil menepuk pelan pundak gendis.

Dengan perasaan sedikit kaget Gendis baru menyadari bahwa dari tadi ibunda memanggilnya.

“iya bund”. Saut gendis dengan ekspresi kaget.

“Kamu lagi ngelamunin apa sih ndok? Dari tadi bunda panggilin nggak nyaut-nyaut”. Tanya bunda

“hehe maaf bund, aku nggak ngelamunin apa-apa kok”. Jawab Gendis sambil tersenyum-senyum depan bundanya.

“kamu jangan bohong ndok, kelihatannya kamu lagi senang nih?” tanya bunda

“iyaa bund, aku lagi senang banget. Semalam aku kencan untuk pertama kalinya dengan Sakti”. Jawab Gendis dengan malu-malu.
“wahh anak bunda sekarang sudah punya pacar ceritanya nih, kok nggak cerita-cerita sama bunda?” tutur bunda.

“iya bunda, aku juga baru 2 hari jadian sama sakti, dan semalam sakti mengajak aku nonton film di bioskop”. Jawab Gendis.

“ohh yaa... bunda ikut senang dengarnya. Yasudah sekarang kamu mandi dan sarapan ke meja makan yaa”. Tutur bunda.

“iyaa bundaku sayang”. Jawab gendis sambil memeluk bundanya.

***

Selesai mandi Gendis segera menuju meja makan untuk sarapan bersama, tetapi saat berjalan menuju meja makan Gendis mendengar suara ketokan pintu dari arah pintu utama.

Tok!! Tok!! Tok!!

“Siapa sih pagi-pagi begini sudah bertamu”. Ucap Gendis dengan jengkel.

Tak lama Gendis langsung membuka, dan ia melihat sosok pria di depan pintu dengan berpakaian rapih mengenakan kemeja kotak-kotak dengan celana jeans panjang dan mengenakan sepatu kets. Pria itu yang tak lain adalah Sakti kekasihnya.

Wajah Gendis yang tadinya terlihat jengkel langsung tersenyum ketika melihat Sakti berdiri dihadapannya dengan penampilan yang rapih.

Sakti sengaja datang pagi hari kerumah Gendis bermaksud untuk mengajak Gendis jalan-jalan mengelilingi kota Yogya dan mengajaknya mengunjungi Candi Prambanan yang ada di daerah sekitar Yogyakarta.

Tetapi sebelum pergi, Gendis mengajak Sakti untuk sarapan bersamanya dan kedua orang tuanya. Dengan senang hati Sakti memenuhi ajakan Gendis itu. Dan sekalian Sakti meminta ijin kepada kedua orang tua Gendis untuk mengajak anaknya pergi jalan-jalan.

***

Namun ada yang berbeda dari Sakti, tak seperti biasanya ia selalu membawa Motor Gedenya kemana pun ia pergi. Tetapi saat itu Sakti membawa mobil, ia membawa mobil sedannya yang berwarna putih dan berplat nomor bertuliskan namanya AB 54 KTI. Sakti sengaja membawa mobil, karena cuaca di yogya saat itu yang tak menentu kadang hujan kadang panas. Itu tak memungkinkannya untuk membawa motor dan sakti tak mau acara jalan-jalannya bersama Gendis tertanggu oleh cuaca, terlebih jika hujan turun.

Tempat pertama yang ia kunjungi bersama Gendis ialah keranton Yogya, sakti sengaja mengajak Gendis kesana agar mengetahui sejarah kekeratonan Yogya pada masa dulu hingga sekarang dan menambah wawasannya mengenai sejarah di Indonesia.

Setelah puas mengunjungi dan melihat-lihat seisi keraton, mereka melanjutkan perjalanan menuju Prambanan. Sakti mengendarai mobil dengan santai sambil menikmati suasana jalanan kota Yogyakarta dari dalam mobil. Karena hari itu adalah hari libur, jalanan di kota Yogya tidak begitu ramai, tetapi tetap saja kemacetan terjadi karena banyak lampu merah yang ada di sepanjang Kota Yogya, walau tak seperti hari biasanya yang padat dipenuhi kendaraan-kendaraan, tetap saja yang namanya macet yaa macet.

***

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 1 jam dari keraton. Akhirnya mereka sampai juga di Candi Prambanan yang letaknya di perbatasan antara Yogyakarta dengan Klaten.

Sakti segera menuju parkiran untuk memarkirkan mobilnya dan membeli tiket masuk seharga Rp. 25.000,-. Setelah membeli tiket, mereka berdua langsung masuk menuju ke area komplek Candi Prambanan. Saat itu jam menunjukan pukul satu siang, bisa terbayang panasnya di area Prambanan. Tetapi walaupun begitu tidak menjadi halangan buat Sakti dan Gendis untuk tetap masuk dan melihat-lihat Candi Prambanan. Tak lupa mereka berdua mengabadikan moment tersebut dengan berfoto bersama, dan mereka memakai jasa tukang foto keliling untuk memfotonya. Puas berkeliling prambanan mereka menuju ke Candi Sewu yang letaknya masih berada dalam satu area prambanan. Namun karena cuaca yang cukup panas, Sakti dan Gendis memilih untuk menaiki kereta wisata untuk menuju Candi Sewu.

Sakti dan Gendis sangat takjub ketika melihat Candi Sewu, karena keindahaannya tak jauh berbeda dengan Prambanan.

“Indah sekali Candi Sewu ini”. Ucap Gendis dengan ekspresi wajah yang takjub.

“Iyaa yang, aku juga tak menyangka Candi ini memiliki keindahan yang luar biasa dan tak jauh berbeda dengan Prambanan”. Jawab sakti.

“aku suka sekali datang ke tempat ini. Makasih ya sayang udah mengajak aku kesini”. Ucap Gendis.

“Iya sayang sama-sama, aku ikut senang kalau kamu juga senang”. Jawab Sakti lagi.

***

Tak terasa hari sudah sore, kala itu menunjukan pukul empat sore. Mereka pun mengakhiri jalan-jalan mereka di Prambanan, dan tak lupa sebelum pulang. Gendis mengajak Sakti ke pasar Prambanan untuk berbelanja, mereka pun membeli baju couple yang bergambarkan Candi prambanan. Gendis juga membelikan baju untuk kedua sahabatnya Maya dan tari.

Selesai berbelanja mereka segera pulang dan mengakhiri jalan-jalan hari ini yang luar biasa.

***

TO BE CONTINUE




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline