ilustrasi: atasteof-myworld.blogspot.
Mana yang lebih berharga....kearifan, air mata, atau darah....??Di atas ladang-ladang nestapa yang hitamsetelah lautan, setelah pelabuhan, bandara dan terminalsetelah simpang jalan, hutan-hutan, tempat ibadah dan perkampungansetelah perdebatan serta pertempuransetelah ratusan juta mulut berteriak lantangmenanti jawaban yang tiada ada kepastianLewat pemberitaan kita dengar, kita lihat, kita mengertimereka bicara tentang anak bangsa, tapi tak bicara tentang kitamereka bicara tentang keadilan, tapi tak adil untuk kitamereka bicara tentang masa depan, tapi bukan masa depan kitamereka punya hati, tapi hati mereka bukan untuk kitaLalu siapa mereka...??dan siapa kita...??Ah...aku pening....!!!Derita seolah sudah sah menjadi milik bangsaYaa... milik anak bangsa yang mereka bicarakantetapi mengapa mereka selalu menyatakan segala halyang mereka sedang perjuangkan memakai nama kitaTanah masih hitam....tempat keringat kita bersimbah siang dan malamkita mungkin akan tetap bertahan di sinidi Tanah Air kita tercinta....IndonesiaDi sisi lain Negri kitaada seorang penari merentakkan kakinya tanpa ragudi lantai ia meliuk-liuk sambil berteriakseluruh ruang mata memeluk setiap geraknyasentakan leher dan kepalanya membuat tubuhnya seperti terangkat ke udarabetapa rentak kakinya kukuh penuh semangatserempak dengan bunyi gendang bertalu-taludi tempat lain...seorang nakhoda berdiri kukuh di belakang kemudinyamenghadang topan, badai yang menerjangtangannya berdarah, dadanya bergemuruhtanpa ragu kepalanya tengadah menerjang gelombangdia berusaha mengalahkan kecemasan dan bimbangdi tengah-tengah gemerlapnya kotaseorang tua terhenyak di kursi megahsetelah mondar-mandir di ruangan yang surammatanya terbelalak ketika serombongan anak-anak mudadatang menghadap menagih janji, meminta jawabannamun di sudut yang terabaikan...di atas tanah hitam yang semakin hitamanak-anak penerus bangsa yang tiada berdosaanak-anak yang hanya mengerti Indonesia Merdekadan orang tua renta yang berlinang air matameratapi hitamnya tanah Negri sendiriTubuh mereka dingin, tangan terlipat di dadadi luar jendela menggema suaradan mereka hanya diam, tak mampu berbuat apa-apamereka hanya bisa mendengar tanpa tahu bicara apa-apamereka adalah anak Negri yang hanya mengerti Merdeka
_LinNa Marlina_
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H