Suka ria menyambut pembelajaran tatap muka kembali dirasakan semua pihak. Guru-guru begitu antusias akan kembali berdiri di depan kelas membersamai anak anak didiknya.
Siswa bahagia bisa berangkat sekolah, bertemu teman temannya , dan mendapat jatah jajan dari orang tuanya ( pemberian jajan ini salah satu motivasi mereka juga katanya hehe...) .
Orang tua merasa lega, putra putrinya akan kembali belajar di sekolah . Para pedagang lebih lagi bahagianya, mereka akan kembali meraup rezeki dengan berjualan di sekolah.
Tukang ojeg, supir angkot, dan banyak lagi pihak yang menyambut mulainya kembali sekolah tatap muka dengan euforia.
*****
Pertama memulai Kegiatan Belajar Mengajar dengan anak anak kelas 9 di kelas, kami menyampaikan bagaimana belajar di sekolah. Mengapa demikian, padahal mereka sudah kelas 9? Kita ketahui bahwa anak anak kelas 9 pun, mereka belum terbiasa dengan belajar di sekolah secara penuh.
Dulu ketika kelas 7 mereka langsung belajar secara daring. Lalu kelas 8 mereka belajar secara hibrid yaitu dengan cara dibagi 2 sesi, seminggu belajar di rumah secara daring dan seminggu belajar di sekolah.
Kurikulum sekolah saat itu menerapkan kurikulum darurat, yaitu membelajarkan materi-materi esensi dari setiap mata pelajaran.
Langkah selanjutnya setelah selesai memaparkan cara belajar di sekolah adalah dengan mengadakan asesmen diagnostik kognitif. Asesmen kognitif diberikan untuk mengindentifikasi capaian kompetensi peserta didik.
Hasil asesmen kognitif akan menjadi dasar pilihan strategi pembelajaran. Ternyata hasilnya, sesuai dugaan. Hanya sebagian kecil saja dari mereka yang teridentifikasi memiliki capaian kompetensi pada tahapan kelas 9, umumnya capaian kompetensinya masih rendah.