Lihat ke Halaman Asli

Benar Bung, Tanah dan Batu kita sangat Subur

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Luar biasa! kalimat itu yang terlontar dalam hati ku karena melihat takjub bertaburan bibit-bibit pohon mangga yang tertanam disudut-sudut halaman belakang dan muka tempat kami berkumpul. Bagaimana mungkin pohon-pohon ini bisa tumbuh? padahal tak ada yang menyemainya, apalagi merawatnya, dan tanah tempat kami berkumpul bukan tanah humus justeru sebaliknya terdapat banyak bebatuan.

Yang aku ingat, sehabis kami makan buah mangga hasil panen dihalaman muka rumah tempat kami berkumpul, biji-biji mangga tersebut kami campakan sesuka hati disetiap pekarangan rumah. Peristiwa itu terjadi sekitar enam bulan yang lalu. Alhasil, biji-biji tersebut pecah dan mengeluarkan bibit-bibit baru.

Karena rasa takjub bercampur senang, ku suruh teman-temanku membeli polibek dan tanah humus.

"Bibit-bibit pohon mangga tersebut harus segera diselamatkan karena mereka tumbuh berhimpitan," Pikir ku.

Luarbiasa! sembari memindahkan bibit-bibit tersebut kedalam polibek aku berpikir ternyata di negeri Indonesia tak perlu heboh program-program penyelamatan lingkungan ataupun hutan dengan penanaman pohon yang menghabiskan miliaran rupiah dan hasilnya entah apa? nol besar mungkin?

Anda cukup membuang biji-biji buah yang anda makan ketanah lalu biarkan selebihnya alam yang memprosesnya. Langkah selanjutnya yang ada lakukan cukup amankan wilayah tanah tersebut dari kerakusan manusia sehingga tanah tersebut tetap menjadi tanah yang memproduksi.

Aku mulai menghitung, ada seratusan lebih sudah bibit pohon mangga yang kami pindah ke polibek. Tinggal menyiapkan nutrisi organik bagi bibit-bibit tersebut sehingga bisa tumbuh sehat dan menghasilkan, sambil berpikir kemana semua nanti bibit-bibit tersebut ditanam?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline