Lihat ke Halaman Asli

Markus Kocu IPB

Mahasiswa aktif S1 Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan IPB University.

Derita Kampung Ku

Diperbarui: 25 Februari 2024   11:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ketika fajar menyingsing di Pagi itu aku terbangun karena kebisingan

Namun, aku berkata dalam hati ku, ah mengapa aku terbangun.

Ketika ku pandang jelas dari jendela ada deru dan peperangan.
Sekali lagi ku masih tak percaya karena karena ku kira diriku berhalusinasi

Saat kesadaran ku memuncak sadar akan kampung halaman ku
Pedesaaan ditengah hutan
Berakhir sadis karena deru dan perang.

Oh desa ku sudah kah kau menjadi debu?
Oh keluarga ku masih kah kalian berseru...

Cukup aku berseru dalam keheningan ku berduka..
Ketika perang pun usai  ku renungkan sejenak bahwa sekian lama aku berduka akhirnya keluarga ku punah.

Pikir ku mereka dipanah..
Pikir ku mereka dijarah..
Seketika ada suara selongsong peluru menembus kaki kanan ku
Aku berseru dengan sangat
Tolonglah aku, sahut ku tapi apalah daya aku menderita cedera.

Seketika itu ku disiksa bersama kawanan yang ditawan.
Sekali lagi ku sadar dan ku renungkan dalam hati ku
Saat denyut nadi ku bergetar

 Aku bertanya lagi pada diriku sendiri  sampai kapan kah derita ku berakhir.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline