"Sebuah pertanyaan geli: Apakah mungkin santri kelas XII (Santri Akhir Kelas VI TMI Ngabar) mampu mengajar" ?
Jawabnya adalah: "Mungkin dan Sangat Bisa"
Bagaimana jelasnya??
Bahwa Santri Akhir Kelas VI TMI Ngabar (Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar Ponorogo Jawa Timur) baru bisa lulus jika mereka telah lulus Ujian Amaliyah Tadris (Praktek Mengajar).
Kriteria kelulusan ini jika dibandingkan dengan lulusan Madrasah Aliyah pada umumnya tentu tak sebanding. Tantangan krusial santri di pesantren modern yang menerapkan Kurikulum KMI atau TMI adalah pada fase Amaliyah Tadris ini.
Namun, bagi para santri akhir kelas VI, hal ini adalah perkara biasa. Karena dalam perspektif mereka, para santri itu biasa melakukan hal-hal hebat di luar kebiasaan mereka belajar di tempat lain.
Masih banyak contoh lain tentang hal-hal biasa bagi santri antara lain Spectacular Show untuk santri kelas VI dan Art Men Collaboration untuk santri kelas IV dan III Intensive. Dua kegiatan ini adalah diantara kegiatan yang paling mahal bagi Santri.
Pasalnya dua kegiatan tersebut menghabiskan dana yang fantastis. Untuk spectacular show saja para santri itu iuran dan mengumpulkan dana kurang lebih 80 hingga 100 juta. Sementara untuk Art Men Collaboration bisa menelan dana sekitar 60 hingga 80 jutaan.
Kita dapat bayangkan, bagaimana mereka menggali dana sebesar itu? Namun, bagi para santri hal seperti itu adalah perkara mudah. Karena mereka dididik untuk memiliki jiwa wirausaha.
Kembali pada pokok pembahasan tentang Micro Teaching atau Amaliyah Tadris. Hakekatnya kegiatan ini bertujuan untuk melatih sekaligus belajar untuk menjadi Guru Ideal dan Profesional. Pesantren modern semisal Gontor dan Ngabar mempunyai standar khusus dalam hal ini, bahkan standar ini tidak dimiliki oleh beberapa pesantren lain. Ini tak lepas dari visi, misi, tujuan pesantren tersebut untuk mencetak kader guru.