Lihat ke Halaman Asli

Dalam Cawan yang Sama

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

cinta itu tak bisa ku maknai hanya ketika senyum merekah di cerahnya wajah,

dia butuh pelengkap oleh bulir yang meluruh di ujung mata... selalu

tertuang dalam cawan yang sama senang sakit itu,

sebab keduanya adalah pelengkap

bila saat itu ku katakan cinta,

ketika senyum senyum kita bermekaran,

hanyalah keindahan semu yang ku temukan di bawah rimbun kelopaknya,

fatamorgana.

sakit, terluka lalu meluruh jatuh membasahi jalan jalan.

dan dianya tetap teguh, walau terdiam tanpa tanda.

tetap berdenyut tak peduli ribuan kali nadinya tersayat,

dan tampaklah kuasaNya,

menjadikan lembut dan tegar itu menyatu dalam satu kepingan kalbu.

lembut sebab peka terhadap semua tanda. tegar melampaui karang di samudra.

bertahan dan terdiam, apakah itu menyedihkan?,

itu keikhlasan yang dengannya barangkali Dia ridho

hanya tergapai oleh mereka yang cintanya terbit di ufuk ketulusan

sebab mengetahui Sang pemiliknya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline