Kemungkinan terjadinya Perang Dunia Ketiga mungkin terdengar seperti skenario fiksi yang jauh dari kenyataan. Namun, jika kita belajar dari sejarah, ketegangan global yang berulang kali memuncak sering kali menjadi pemicu konflik besar. Dunia saat ini berada di persimpangan yang berbahaya, dengan kondisi geopolitik yang mengingatkan pada situasi sebelum Perang Dunia Pertama dan Kedua. Apakah ancaman ini nyata? Apa yang bisa dilakukan untuk mencegahnya?
Belajar dari Sejarah Perang Dunia
Perang Dunia Pertama dimulai dengan pembunuhan Archduke Franz Ferdinand pada tahun 1914, tetapi akar masalahnya jauh lebih dalam.
Ketegangan antar negara besar, perlombaan senjata, aliansi yang saling mengikat, serta nasionalisme ekstrem menjadi bahan bakar konflik.
Demikian pula, Perang Dunia Kedua berawal dari ketidakpuasan Jerman atas hasil Perjanjian Versailles, ditambah ambisi ekspansionis Nazi yang memanfaatkan krisis ekonomi global.
Saat ini, dunia kembali terpecah menjadi dua kubu besar, seperti halnya pada masa Perang Dingin:
1. Blok Barat yang dipimpin oleh Amerika Serikat bersama NATO.
2. Blok Timur, dengan Rusia dan sekutunya, serta Tiongkok yang semakin memainkan peran dominan di panggung dunia.
Ketegangan ini semakin nyata dengan konflik antara Rusia dan Ukraina. Konflik ini, yang awalnya dianggap sebagai perang regional, kini telah menjadi arena pertempuran proksi antara kekuatan besar dunia.
Kesamaan Situasi Masa Lalu dan Sekarang
Ketika melihat kondisi global hari ini, ada beberapa persamaan mencolok dengan periode sebelum dua perang dunia:
Perlombaan Senjata dan Doktrin Nuklir
Ketegangan terus meningkat, terutama dengan perubahan doktrin perang nuklir Rusia. Jika sebelumnya senjata nuklir hanya digunakan untuk membalas serangan nuklir, kini Rusia menyatakan bahwa mereka dapat menggunakan senjata nuklir bahkan jika hanya diserang dengan senjata konvensional.