Di tengah euforia Hari Pahlawan 10 November, publik Indonesia dikejutkan oleh deklarasi Partai Perubahan---partai politik baru yang bukan hanya berjanji untuk membawa perubahan, tetapi juga hadir dengan agenda "Tritura Perubahan."
Deklarasi ini berlangsung penuh semangat, mengusung cita-cita untuk mengembalikan Indonesia pada nilai-nilai perjuangan kemerdekaan: keadilan, kesejahteraan, dan kebangsaan.
Deklarasi Partai Perubahan menyatakan tiga tuntutan rakyat yang diberi nama "Tritura Perubahan": menurunkan harga kebutuhan pokok, memberantas korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), serta menegakkan empat pilar kebangsaan---Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika.
Presiden Partai Perubahan, Robi Nurhadi, menyampaikan bahwa aspirasi Tritura ini lahir dari dialog dan pengamatan panjang terhadap kondisi rakyat sejak April 2024. "Rakyat Indonesia sedang merasakan kesulitan, kesusahan, dan ketidakadilan sejak lima tahun terakhir ini," ujarnya.
Namun, kejutan utama datang dari absennya sosok Anies Baswedan, yang selama ini dianggap sebagai simbol "perubahan" di Indonesia. Anies Baswedan bahkan menyatakan dirinya tidak terlibat dalam pendirian Partai Perubahan, meskipun menginspirasi gerakan ini. Menariknya, seluruh anggota Partai Perubahan sepakat mengusung Anies sebagai calon presiden, tanpa kehadiran atau restu langsung darinya.
Mengapa Bukan Anies?
Anies Baswedan, mantan Gubernur DKI Jakarta dan tokoh yang sering disebut-sebut sebagai motor perubahan, ternyata memilih untuk tidak hadir dalam deklarasi partai ini. Menurut Sahrin Hamid, juru bicara Anies, mantan gubernur tersebut tidak terlibat dalam partai ini, termasuk dalam penggalangan dana atau aktivitas lainnya. Langkah ini menimbulkan spekulasi---apa alasan Anies tidak terlibat dalam partai yang menggunakan namanya sebagai inspirasi?
Banyak pihak beranggapan bahwa Anies menilai belum saatnya membentuk partai, meski beberapa waktu lalu ia mengisyaratkan kemungkinan tersebut. Anies mungkin menyadari tantangan besar dalam mendirikan partai baru dan memilih fokus pada isu-isu yang bisa diperjuangkannya di luar lingkup partai. Terlebih, sebagai figur publik yang disorot, Anies barangkali juga mempertimbangkan dampak politis serta waktu yang tepat untuk melangkah ke jalur partai.
Tantangan dan Peluang Partai Perubahan
Partai Perubahan memiliki visi besar untuk memperjuangkan perubahan yang nyata bagi rakyat, namun tantangan yang dihadapi tidak ringan. Indonesia sudah memiliki sejumlah partai politik, namun banyak di antaranya akhirnya berjuang hanya untuk tetap bertahan dan tak sedikit yang disebut "partai gurem," yakni partai kecil yang gagal memperoleh suara signifikan dalam pemilu.
Berikut adalah beberapa tantangan yang akan dihadapi Partai Perubahan: