Keputusan Presiden (Keppres) No. 31 Tahun 2024 yang ditandatangani oleh Presiden Prabowo Subianto pada 8 November 2024 seharusnya merupakan prosedur standar di Indonesia. Keppres ini menugaskan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka untuk menjalankan tugas presiden selama Prabowo melakukan kunjungan diplomatik ke lima negara: Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat, Peru, Brasil, dan Inggris, dari 8 hingga 23 November 2024. Namun, penunjukan Gibran sebagai pelaksana tugas presiden selama lawatan Prabowo justru memicu reaksi viral dan beragam opini di media sosial. Apa yang sebenarnya terjadi? Mengapa penugasan ini, yang notabene merupakan praktik rutin, begitu kontroversial?
Penugasan yang Sebelumnya Biasa, Kini Jadi Viral
Pemberian mandat dari presiden kepada wakil presiden selama kunjungan ke luar negeri bukanlah hal baru. Praktik ini dilakukan untuk memastikan keberlangsungan pemerintahan berjalan lancar meski kepala negara sedang absen.
Dalam beberapa periode kepemimpinan sebelumnya, hal serupa terjadi saat Presiden Jokowi menunjuk Wakil Presiden Jusuf Kalla atau Ma'ruf Amin untuk menjalankan tugas kepresidenan ketika ia bepergian ke luar negeri.
Tapi saat ini, situasinya berbeda. Ada beberapa faktor yang menjadikan penugasan Gibran sebagai peristiwa viral dan menyedot perhatian publik.
Kontroversi Sebelum dan Sesudah Pilpres
Gibran Rakabuming Raka, yang merupakan putra Presiden Joko Widodo dan wakil presiden termuda dalam sejarah Indonesia, menghadapi banyak sorotan sejak pencalonannya.
Pemilihannya sebagai wakil presiden menimbulkan spekulasi tentang peran keluarga Jokowi dalam pemerintahan setelah masa jabatan Jokowi berakhir.
Di media sosial, beberapa kelompok mempertanyakan niat dan kapasitas Gibran, bahkan ada yang mencurigai bahwa Gibran hanya menjadi perpanjangan tangan Jokowi untuk tetap berpengaruh dalam pemerintahan.
Di tengah polarisasi politik yang masih membekas, isu-isu ini menjadi bahan bakar bagi beberapa pihak yang berusaha menyalakan kembali api perseteruan.
Bahkan, saat Pemilu Presiden (Pilpres) berlangsung, beberapa pengamat politik melontarkan opini bahwa Gibran bisa saja memiliki agenda pribadi atau "ambisi tersembunyi" yang membuatnya berpotensi menggeser posisi Prabowo.
Salah satu pengamat politik yang sempat menyuarakan kekhawatiran ini adalah Dr. Eko Widodo, yang mengungkapkan bahwa "Tidak menutup kemungkinan, situasi ini dapat dimanfaatkan oleh kelompok tertentu yang memiliki kepentingan untuk mempertahankan dinasti politik Jokowi melalui Gibran."