Berbeda dari retorika politik yang sering kali penuh dengan janji perubahan besar, pidato Prabowo mengandung pesan yang mendalam: penghargaan terhadap sejarah dan para pemimpin bangsa.
Dalam pidato perdananya sebagai presiden, Prabowo Subianto tidak hanya menegaskan posisinya sebagai pemimpin baru Indonesia, tetapi juga menghadirkan semangat kebangsaan yang tulus.Dalam sambutannya, ia memberikan penghormatan kepada setiap Presiden Indonesia, menyebut jasa-jasa mereka dalam membangun negara, dari masa kemerdekaan hingga kini. Ini adalah momen yang langka dalam politik Indonesia, di mana seorang pemimpin merangkul dan mengakui kontribusi para pendahulunya, bahkan mereka yang sebelumnya menjadi rival politiknya.
Pesan Utama: Terima Kasih kepada Generasi Pembebas
Prabowo membuka pidatonya dengan menyampaikan rasa terima kasih kepada generasi pembebas yang telah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Ia menyebut nama-nama besar seperti Bung Karno, Bung Hatta, I Gusti Ngurah Rai, Kapitan Pattimura, Sultan Hasanuddin, Teuku Umar, dan Cut Nyak Dien. Mereka, menurut Prabowo, "membayar saham kemerdekaan dengan darah dan air mata mereka." Ini bukan sekadar penghargaan simbolis, tetapi penegasan bahwa kemerdekaan Indonesia tidak datang dengan mudah. Perjuangan mereka, yang telah memberikan dasar bagi Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat, merupakan warisan yang harus terus dihargai dan dilestarikan.
Prabowo juga menggarisbawahi pentingnya warisan ideologis yang diberikan oleh Bung Karno, Presiden pertama Indonesia, yang mencetuskan Pancasila sebagai dasar negara. Dalam pidatonya, ia menyoroti betapa besar pengorbanan yang telah dilakukan oleh Soekarno dan para pendiri bangsa lainnya, yang telah berulang kali dipenjara, diasingkan, dan menghadapi berbagai tantangan demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat.
Menghargai Setiap Pemimpin dengan Keunikannya
Apa yang membedakan pidato Prabowo ini dari pidato-pidato presiden sebelumnya adalah upaya untuk merangkul seluruh presiden yang pernah memimpin Indonesia, dengan menyoroti sumbangsih mereka masing-masing. Setiap presiden memiliki jasa dalam bidang yang berbeda, dan Prabowo dengan bijak mengakui peran penting mereka dalam membangun fondasi Indonesia modern.
Presiden Soeharto, misalnya, diakui jasanya dalam menyelamatkan ideologi Pancasila dan meletakkan dasar bagi Indonesia yang modern. Sementara itu, Presiden B.J. Habibie dipuji karena memberikan dasar bagi penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Presiden Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, dipandang sebagai simbol toleransi dan inklusi, yang telah memperkuat nilai-nilai pluralisme di Indonesia. Presiden Megawati, menurut Prabowo, berjasa dalam memperbaiki ekonomi Indonesia pasca-krisis 1998, dengan menyelamatkan banyak perusahaan yang hampir bangkrut.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang memimpin Indonesia melalui berbagai krisis, termasuk bencana tsunami, dipuji karena berhasil menyelesaikan konflik panjang di Aceh dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Prabowo juga mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo, atau Jokowi, yang menurutnya telah menavigasi bangsa ini melalui krisis-krisis besar, termasuk pandemi COVID-19. Secara khusus, ia menyoroti kebijakan Jokowi yang menolak melakukan lockdown penuh, dengan mempertimbangkan nasib masyarakat kecil yang mengandalkan penghasilan harian.
Menghormati Rival, Mengutamakan Persatuan
Pidato ini terasa semakin istimewa ketika Prabowo mengakui dan memuji Jokowi, meskipun mereka pernah menjadi rival dalam beberapa pemilu sebelumnya. Penghargaan Prabowo terhadap kepemimpinan Jokowi menunjukkan kebesaran hatinya sebagai seorang negarawan. Di sinilah pesan utama dari pidato Prabowo menjadi jelas: demokrasi yang sehat bukanlah soal menang atau kalah, tetapi tentang membangun bangsa bersama-sama. Dengan mengakui jasa-jasa para presiden sebelumnya, Prabowo menekankan pentingnya kolaborasi dan kesatuan di atas persaingan politik.