Lihat ke Halaman Asli

Marius Gunawan

Profesional

Pidato Perdana Prabowo: Kemandirian Pangan dan Energi adalah Keharusan

Diperbarui: 20 Oktober 2024   20:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam pidato perdananya sebagai Presiden Indonesia, Prabowo Subianto menekankan satu pesan penting: kemandirian pangan dan energi bukan lagi pilihan, melainkan keharusan. "Saudara-saudara, kita harus mencapai swasembada pangan dan energi dalam waktu sesingkat-singkatnya," ujar Prabowo dengan tegas. Di tengah ketegangan global, ancaman krisis, dan ketidakpastian geopolitik, Indonesia tidak boleh lagi bergantung pada impor, baik untuk kebutuhan pangan maupun energi. "Jika terjadi krisis, negara lain tidak akan mudah melepas barang-barang mereka untuk kita beli," tambahnya, menekankan urgensi dari situasi yang ada.

Mengapa Kemandirian Pangan dan Energi Penting?

Prabowo menjelaskan bahwa dalam situasi darurat, seperti krisis ekonomi global atau perang, akses terhadap sumber daya seperti pangan dan energi akan semakin sulit. Ketergantungan pada impor, yang saat ini masih menjadi bagian besar dari kebutuhan nasional, bisa menjadi bencana jika jalur perdagangan terputus atau negara-negara eksportir menahan pasokan mereka demi kepentingan nasional masing-masing. Indonesia harus mampu memproduksi pangan dan energi sendiri untuk menghadapi situasi ini.

Pangan: Saat ini, Indonesia masih mengimpor sejumlah besar kebutuhan pangan, termasuk beras, gandum, gula, dan daging. Padahal, Indonesia memiliki potensi besar untuk memproduksi kebutuhan pangan secara mandiri. Dengan lebih dari 270 juta jiwa, kebutuhan pangan nasional sangat tinggi, dan ketergantungan pada impor seringkali menyebabkan harga pangan bergejolak, terutama saat terjadi krisis global.

Energi: Sementara itu, di sektor energi, meskipun Indonesia memiliki sumber daya energi yang melimpah, seperti batu bara, minyak, gas alam, dan potensi energi terbarukan, negara ini masih mengimpor sejumlah besar bahan bakar minyak (BBM) untuk memenuhi kebutuhan domestiknya. Pada 2023, Indonesia mengimpor sekitar 500 ribu barel minyak per hari untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat.

Prabowo melihat ini sebagai peluang besar. "Kita diberi karunia oleh Tuhan, tanaman-tanaman seperti kelapa sawit bisa menghasilkan solar dan bensin," ungkapnya, merujuk pada potensi energi terbarukan dari biodiesel. Indonesia juga memiliki potensi energi lain seperti geothermal, energi air, dan angin yang dapat dieksplorasi lebih jauh untuk mencapai kemandirian energi.

Tantangan Menuju Swasembada Pangan dan Energi

Meski ambisi ini terdengar menjanjikan, tantangan yang dihadapi tidaklah ringan. Indonesia telah lama berbicara tentang swasembada, tetapi upaya tersebut seringkali terhambat oleh berbagai faktor.

Tantangan Swasembada Pangan

Ketergantungan pada Impor: Indonesia masih mengimpor sejumlah besar bahan pangan pokok. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras pada 2022 mencapai 407 ribu ton, sementara impor gandum dan gula juga sangat besar. Padahal, Indonesia memiliki lahan pertanian yang luas dan berpotensi besar untuk produksi pangan.

Infrastruktur Pertanian: Banyak lahan pertanian yang belum dimaksimalkan karena kurangnya infrastruktur pendukung, seperti irigasi yang memadai. Hal ini membuat produktivitas pertanian kurang optimal, terutama di daerah-daerah terpencil.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline