Lihat ke Halaman Asli

Marius Gunawan

Profesional

Kembali Pimpinan KPK Diperiksa Dewas: Ada Apa Dengan KPK?

Diperbarui: 30 September 2024   18:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: detik.com

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali mendapat sorotan tajam setelah Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata, dilaporkan kepada Dewan Pengawas (Dewas) atas dugaan pelanggaran etik. Pelaporan ini terkait pertemuan Alexander dengan eks Kepala Bea Cukai Yogyakarta, Eko Darmanto, yang saat itu berstatus tersangka dalam kasus dugaan korupsi dan pencucian uang. Dugaan pelanggaran etik ini menambah panjang daftar masalah yang melibatkan para pimpinan KPK. Pertanyaannya, mengapa KPK yang dulu digadang-gadang sebagai benteng pemberantasan korupsi, kini kerap tersandung oleh masalah internal yang justru mencoreng citranya sendiri?

Krisis Internal di Tubuh KPK

Kasus dugaan pelanggaran etik oleh pimpinan KPK bukan yang pertama kali terjadi. Beberapa waktu sebelumnya, sejumlah kasus serupa juga mencuat, seperti dugaan pelanggaran etik oleh Ketua KPK Firli Bahuri terkait gaya hidup mewah, serta konflik internal yang memperlihatkan ketidakharmonisan antara pimpinan dan pegawai. Situasi ini tentu mengecewakan masyarakat yang dahulu begitu mendukung KPK sebagai garda terdepan pemberantasan korupsi. KPK yang dulu disegani karena kemampuannya mengungkap kasus-kasus besar kini terlihat goyah dari dalam.

Masalah internal ini seakan membenarkan dugaan adanya "kuda Troya" yang diselundupkan ke dalam KPK melalui proses pemilihan pimpinan lima tahun lalu. Saat itu, ada kekhawatiran bahwa para pimpinan yang terpilih justru akan melemahkan KPK dari dalam. Dugaan ini kini semakin kuat dengan banyaknya masalah yang melibatkan para pimpinan KPK. Apa yang sebenarnya terjadi dengan lembaga ini?

Sejumlah Masalah di KPK

Beberapa masalah besar yang melanda KPK dalam beberapa tahun terakhir adalah:

Dugaan Pelanggaran Etik oleh Pimpinan KPK
Dugaan pelanggaran etik yang melibatkan pimpinan KPK seperti Firli Bahuri dan Alexander Marwata menunjukkan adanya ketidakseriusan dalam menjaga integritas internal. Hal ini sangat mencoreng citra lembaga yang seharusnya berfungsi sebagai panutan dalam hal pemberantasan korupsi.

Polemik Tes Wawasan Kebangsaan (TWK)
Salah satu isu besar yang pernah mengguncang KPK adalah pelaksanaan TWK, yang menyebabkan banyak pegawai berintegritas dinyatakan tidak lolos dan akhirnya diberhentikan. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa TWK digunakan sebagai alat politik untuk "membersihkan" KPK dari pegawai yang kritis dan tidak sejalan dengan kepentingan tertentu.

Rendahnya Kepercayaan Publik
Kepercayaan masyarakat terhadap KPK terus merosot seiring dengan terjadinya berbagai masalah internal. Jika dulu masyarakat memberikan dukungan penuh, kini mereka mulai meragukan integritas lembaga ini. Beberapa aktivis antikorupsi bahkan menyebut bahwa KPK saat ini sudah tidak lagi menjadi harapan dalam pemberantasan korupsi di Indonesia.

Pengaruh Politik di KPK
Salah satu tudingan yang sering muncul adalah adanya intervensi politik yang kuat dalam tubuh KPK. Hal ini diduga mempengaruhi independensi KPK dalam menangani kasus-kasus besar, terutama yang melibatkan tokoh-tokoh politik atau pejabat tinggi. Intervensi ini bisa berasal dari pihak luar maupun dari dalam lembaga itu sendiri, melalui pimpinan yang terpilih.

Konflik Internal antara Pimpinan dan Pegawai
Ketidakharmonisan antara pimpinan dan pegawai KPK sering kali menjadi isu publik. Banyak pegawai yang merasa bahwa pimpinan saat ini tidak memperjuangkan semangat pemberantasan korupsi seperti yang dulu ada, melainkan lebih banyak terlibat dalam permasalahan internal dan kepentingan politik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline