Baru-baru ini, dua mantan Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Joko Widodo (Jokowi), bertemu dalam sebuah pertemuan yang menarik perhatian publik walau ini bukan pertemuan pertama mereka berdua. Sebagai dua figur yang telah memimpin negara selama masing-masing dua periode, pertemuan ini bukanlah sekadar silaturahmi biasa. Di balik jabat tangan dan senyum ramah, ada makna strategis yang bisa kita petik dari momen bersejarah ini.
Negarawan yang Melewati Perbedaan
Pertemuan antara SBY dan Jokowi memberikan kita kesempatan untuk merefleksikan bagaimana dua tokoh dengan latar belakang politik dan pendekatan yang berbeda bisa duduk bersama dalam harmoni. SBY, presiden pertama yang terpilih secara langsung oleh rakyat pada 2004, dikenal dengan gaya kepemimpinannya yang cenderung tenang dan hati-hati dalam mengambil keputusan. Di sisi lain, Jokowi dikenal dengan pendekatan "blusukan" dan gaya yang lebih lugas serta berfokus pada percepatan pembangunan infrastruktur.
Meskipun keduanya memiliki perbedaan gaya dan politik, mereka tetap menunjukkan sikap kenegarawanan. Ini adalah contoh yang patut diapresiasi oleh publik dan menjadi teladan bagi generasi pemimpin mendatang. Sejarah politik kita penuh dengan rivalitas, namun pertemuan ini menunjukkan bahwa di atas segalanya, kepentingan bangsa dan negara harus menjadi prioritas.
Mendukung Transisi Kepemimpinan yang Damai
Selain bersilaturahmi, pertemuan ini memiliki makna politik yang kuat, terutama terkait dengan dukungan terhadap Prabowo Subianto sebagai calon presiden berikutnya. Prabowo, yang sebelumnya adalah lawan politik bagi Jokowi dalam dua kali pemilihan presiden (2014 dan 2019), kini berada di pihak yang sama dengan Jokowi, didukung untuk menjadi presiden dalam Pilpres 2024. Sementara itu, hubungan Prabowo dengan SBY juga penuh dinamika, mengingat sejarah politik mereka berdua.
Dukungan dari SBY dan Jokowi terhadap Prabowo mencerminkan kematangan demokrasi Indonesia. Ini adalah sinyal bahwa, meskipun ada persaingan sengit dalam kontestasi politik, pada akhirnya ada komitmen bersama untuk menjaga stabilitas nasional. Kedua tokoh ini mengedepankan kepentingan bangsa dengan mendukung transisi kepemimpinan yang damai dan teratur.
Pelajaran dari Sepuluh Tahun Kepemimpinan
SBY dan Jokowi telah memberikan sumbangsih besar bagi pembangunan Indonesia selama masing-masing dua periode kepemimpinan mereka. Di bawah SBY, Indonesia berhasil melewati krisis ekonomi global dengan relatif stabil. Kebijakan-kebijakan SBY di bidang ekonomi, sosial, dan politik telah meletakkan dasar bagi pembangunan yang berkelanjutan. Sementara itu, Jokowi dikenal dengan fokusnya pada infrastruktur, industrialisasi, dan digitalisasi ekonomi. Jalan tol, bandara, pelabuhan, dan berbagai proyek strategis lainnya adalah warisan penting yang ditinggalkannya.
Meski demikian, keduanya juga menghadapi kritik. SBY sering dikritik karena dianggap terlalu lamban dalam mengambil keputusan, sementara Jokowi dikritik karena kurang memprioritaskan isu-isu hak asasi manusia dan lingkungan. Namun, yang harus kita pelajari adalah bahwa setiap pemimpin memiliki tantangan yang berbeda sesuai dengan konteks zaman dan situasi politik yang mereka hadapi. Yang patut diapresiasi adalah kemampuan mereka untuk menghadapi tantangan tersebut dan berkontribusi bagi pembangunan Indonesia.
Menunjukkan Bahwa Politik Tidak Harus Menjadi Ajang Perpecahan
Salah satu hal yang bisa dipetik dari pertemuan SBY dan Jokowi adalah bahwa politik tidak selalu harus berujung pada permusuhan atau perpecahan. Meskipun dalam masa kampanye atau kontestasi pemilu sering muncul narasi perbedaan dan persaingan, pada akhirnya yang terpenting adalah persatuan demi kepentingan bersama.