Siapa yang tidak kenal dengan Kaesang Pangarep, putra bungsu Presiden Joko Widodo yang belakangan ini sering jadi sorotan publik? Bukan hanya karena dia anak presiden, tetapi juga karena sepak terjangnya yang penuh sensasi, dan mungkin, sedikit kontroversial. Mulai dari urusan bisnis sampai politik, Kaesang seperti punya magnet yang menarik perhatian. Terbaru, kata "nebeng" yang dilontarkannya tiba-tiba menjadi viral. Wow, luar biasa!
Sebelumnya, Kaesang sempat bikin heboh karena kedapatan naik pesawat pribadi. Netizen heboh, sebagian heran, sebagian iri, sebagian lagi mengkritik keras. "Ini anak presiden, kok bisa sih hidupnya sebegitu 'nyantai'? Naik jet pribadi pula!" Begitu kira-kira gumaman para keyboard warrior yang selalu sigap mencatat gerak-gerik selebritas dan politisi, terutama yang terkait dengan keluarga presiden. Seolah-olah kita semua paham betul kehidupan anak presiden. Mungkin mereka pikir Kaesang itu seharusnya tiap hari naik angkot atau TransJakarta sambil bawa ransel usang ke mana-mana.
Kaesang kemudian lapor ke KPK! Tapi tunggu dulu, bukan karena dia ketahuan terlibat korupsi, tentu saja. Dia melapor gratifikasi karena naik pesawat pribadi, walau bukan pejabat publik karena secara eksplisit dalam UU gratifikasi hanya pejabat publik yang wajib melaporkan gratifikasi. Kaesang memilih untuk melakukan hal yang benar. Lapor KPK! Di saat banyak pejabat dan tokoh publik lain sibuk berdalih, Kaesang malah langsung "cekat-cekit" mengikuti aturan. Bravo, Mas!
Tapi tetap saja, netizen tak pernah puas. Muncullah episode baru ketika Kaesang melontarkan kata "nebeng." Dalam konteks apa? Ternyata dia cuma bilang kalau saat naik jet pribadi itu, dia cuma "nebeng" alias numpang. Nah, di sini mulai rame lagi. Kata "nebeng" yang biasanya cuma dipakai buat numpang motor atau mobil, tiba-tiba jadi bahan perdebatan ahli bahasa dadakan di jagat maya.
Ahli Bahasa Dadakan Beraksi!
"Nebeng? Apa benar 'nebeng' itu kalau numpang jet pribadi?" tanya seorang netizen yang merasa dirinya profesor bahasa. "Kalau naik jet pribadi kan beda sama nebeng motor ke pasar, Bro!"
Seketika, diskusi pun pecah di kolom komentar dan thread-thread Twitter. Ada yang bilang bahwa kata "nebeng" itu harusnya untuk hal-hal sederhana, seperti numpang motor teman waktu hujan atau ikut mobil kolega saat perjalanan dinas. Tapi "nebeng" naik jet pribadi? Ini sih, katanya, sudah level 'nebeng sultan.' Jangan-jangan "nebeng" Kaesang sebenarnya bukan nebeng biasa, tapi "nebeng" level CEO, begitu argumen salah satu komentator.
Saking serunya perdebatan ini, tiba-tiba muncul kamus-kamus digital dari para pengamat bahasa amatir. Mereka mulai merumuskan ulang definisi "nebeng" dalam berbagai konteks, dari "nebeng motor" sampai "nebeng jet pribadi." Ada juga yang mendebat bahwa "nebeng" di jet pribadi tetap sah secara linguistik karena prinsip dasarnya sama: numpang. Ternyata, di era digital ini, siapa pun bisa berubah jadi ahli bahasa dalam hitungan detik. Tidak perlu gelar profesor, cukup punya akun media sosial dan sinyal internet.
Hebat Benar Anak Presiden Ini!
Di sinilah kehebatan Kaesang terlihat. Setiap langkahnya, setiap kata yang dia ucapkan, selalu berhasil menarik perhatian publik. Bagaimana tidak? Seolah-olah, apa pun yang dia lakukan atau katakan bisa jadi bahan viral. Mungkin ini juga hasil dari latar belakang keluarganya yang selalu berada di sorotan. Tapi di sisi lain, ini menunjukkan bahwa Kaesang juga tahu bagaimana memanfaatkan panggungnya.
Lagipula, mari kita akui, Kaesang memang punya gaya komunikasi yang khas, sering kali ringan dan bercanda, tapi tepat sasaran. Siapa yang tidak senyum-senyum sendiri membaca komentarnya tentang "nebeng" itu? Apalagi setelah tahu betapa besar reaksi publik terhadap satu kata sederhana tersebut. Ini seperti Kaesang bilang: "Santai saja, saya cuma nebeng, kok kalian yang lebih heboh?"