Lihat ke Halaman Asli

Marius Gunawan

Profesional

Masalah JIS Terulang, Macet Parah di Konser Bruno Mars

Diperbarui: 14 September 2024   06:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: Merdeka.co.id

Jakarta International Stadium (JIS) awalnya dirancang dengan ambisi besar---menjadi stadion modern berstandar internasional yang mampu menampung lebih banyak penonton daripada Gelora Bung Karno (GBK), ikon olahraga nasional Indonesia. Dengan daya tampung sekitar 82.000 penonton, JIS unggul dibandingkan GBK yang memiliki kapasitas sekitar 77.000 penonton. Lokasinya di Jakarta, ibukota negara, seharusnya menjadikan stadion ini kebanggaan bangsa. Namun, realitas tidak selalu sejalan dengan harapan.

Masalah yang Berulang di JIS

Sejak awal pembangunan JIS, berbagai masalah sudah mulai muncul. Desain pintu masuk yang terlalu sempit dan rendah sempat menjadi sorotan, membuat pergerakan penonton tidak efisien dan mengurangi kenyamanan. Rumput stadion juga dikritik karena dianggap tidak memenuhi standar internasional, meskipun stadion ini digadang-gadang akan menjadi tuan rumah untuk berbagai perhelatan kelas dunia.

Namun, masalah yang paling konsisten dan paling berdampak besar adalah persoalan akses jalan dan parkir. Setiap kali ada acara besar seperti pertandingan sepak bola atau konser megabintang, JIS seolah menjadi titik macet total di Jakarta. Terakhir, konser Bruno Mars yang berlangsung di JIS menciptakan kemacetan parah di sekitarnya, memperparah situasi yang sudah semrawut akibat keterbatasan akses dan lahan parkir yang tidak memadai.

Kegagalan dalam Perencanaan Infrastruktur

Fenomena macet yang selalu berulang setiap ada acara besar di JIS bukanlah masalah sepele. Hal ini menunjukkan kegagalan dalam perencanaan infrastruktur stadion yang seharusnya mengantisipasi jumlah besar pengunjung. Stadion dengan kapasitas sebesar itu memerlukan akses yang luas, jalan yang memadai, dan lahan parkir yang mencukupi. Sayangnya, ini tampaknya kurang diperhitungkan secara matang sejak awal.

Tidak hanya macet, kurangnya aksesibilitas juga membuat banyak pengunjung merasa enggan datang ke acara-acara besar di JIS. Mereka sering kali harus berjalan kaki jauh dari lokasi parkir, atau terjebak di jalanan berjam-jam setelah acara usai. Kondisi ini berujung pada ketidakpuasan penonton, yang seharusnya bisa menikmati acara dengan nyaman.

Dimensi Politik dalam Pembangunan JIS

Ironisnya, pembangunan JIS juga tidak lepas dari unsur politik. Proyek stadion ini sempat menjadi sorotan karena diduga ada ambisi politis yang mempengaruhi desain dan keputusan dalam pembangunan. Alih-alih fokus pada kualitas stadion dan fungsionalitasnya, kepentingan politik yang terlibat memperburuk hasil akhirnya.

JIS memang dibangun dengan ambisi besar untuk menunjukkan kemampuan bangsa, tetapi ketika unsur politik mulai memengaruhi keputusan teknis, hasil akhirnya sering kali jauh dari harapan. Pintu masuk yang terlalu sempit, akses jalan yang kurang memadai, serta masalah rumput hanyalah beberapa contoh bagaimana keputusan politis yang tidak didasari pertimbangan teknis yang matang bisa berujung pada kegagalan dalam implementasi proyek sebesar JIS.

Pembelajaran yang Mahal

Setelah serangkaian masalah yang terjadi di JIS, kita perlu merenungkan apa yang bisa dipelajari dari proyek ini. Pembangunan stadion seharusnya tidak hanya memikirkan desain bangunan megah atau kapasitas besar, tetapi juga aspek-aspek penting lainnya seperti aksesibilitas, kenyamanan, kualitas lapangan, dan keamanan. Setiap elemen ini harus diperhitungkan dengan seksama demi menjamin pengalaman yang positif bagi pengunjung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline