Lihat ke Halaman Asli

Marius Gunawan

Profesional

Mahfud MD Vs Mahfud MD: Ketika Perjalanan Politik Membentuk Ulang Pribadi

Diperbarui: 13 September 2024   19:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: Antara

Rasanya seperti baru kemarin kita melihat Mahfud MD, seorang tokoh berintegritas yang selalu membela kebijakan pemerintahan Presiden Jokowi dengan penuh semangat. Sebagai Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam), Mahfud kerap menjadi sosok yang membela kebijakan kontroversial, termasuk Undang-Undang Omnibus Law yang mendapatkan gelombang protes besar dari berbagai kalangan, termasuk ratusan guru besar dan profesor. Kala itu, Mahfud berkata lantang, "Seandainya saya di luar dan tidak mengikuti proses diskusi membahas Omnibus Law tersebut, saya menjadi bagian dari mereka yang memprotes Omnibus Law." Pernyataan ini menegaskan betapa kuatnya dukungan Mahfud terhadap pemerintah di bawah kepemimpinan Jokowi.

Namun, itu dulu. Kini, Mahfud MD yang kita lihat hari ini tampak berbeda, seolah mengalami perubahan drastis dalam pandangannya terhadap pemerintahan yang pernah ia bela mati-matian. Hampir setiap hari muncul kritik dari Mahfud terhadap kebijakan Jokowi dan bahkan terhadap produk-produk hukum yang dihasilkan selama masa jabatannya sebagai Menkopolhukam. Seakan-akan, Mahfud MD yang dahulu dan yang sekarang adalah dua sosok yang bertolak belakang---sebuah kondisi yang bisa disebut Mahfud MD vs Mahfud MD.

Mahfud MD: Sang Pengkritik

Satu demi satu kritik muncul dari Mahfud MD, menyasar kebijakan-kebijakan yang pernah ia dukung. Kritik tersebut menyasar tidak hanya pada kebijakan yang lahir di masa pemerintahan Jokowi, tetapi juga situasi hukum yang diwarnai oleh kekacauan selama Mahfud masih menjabat. Beberapa kritik tajam yang dilontarkan Mahfud bahkan terasa sangat berani, seolah tanpa beban dari masa lalunya sebagai bagian integral dari pemerintahan. Ia kini tidak lagi berada di kursi kekuasaan, dan kebebasan ini tampaknya membuatnya lebih leluasa berbicara.

Namun, perubahan drastis ini tentu menimbulkan pertanyaan: Apa yang membuat Mahfud MD berubah?

Dari Kandidat Wakil Presiden Hingga Kekecewaan

Mahfud MD yang kita kenal saat ini adalah figur yang penuh semangat dalam kontestasi Pilpres 2024 sebagai calon wakil presiden. Dengan rasa optimis dan harapan besar, ia tampil sebagai pendamping Ganjar Pranowo, berharap kemenangan mudah dengan dukungan luas dari kalangan yang pernah mendukungnya ketika ia masih di pemerintahan. Dalam sebuah podcast, Mahfud bahkan mengungkapkan keyakinan dan harapannya terhadap dukungan yang akan datang dari Jokowi---sosok yang dulu pernah hampir memilihnya sebagai cawapres di Pilpres 2019.

Namun, kenyataan sering kali tidak seindah harapan. Mahfud MD memang pernah dipilih oleh Jokowi untuk menjadi calon wakil presiden pada 2019, tetapi ia gagal maju karena ditolak oleh partai-partai pendukung Jokowi. Bahkan kala itu, Mahfud sudah mengenakan pakaian putih, siap untuk diumumkan sebagai cawapres. Kekecewaan besar tersebut tampaknya membekas dalam diri Mahfud, dan pengulangan kegagalan dalam kontestasi politik ini mungkin menjadi salah satu alasan kuat di balik perubahan sikapnya.

Mengapa Mahfud MD Berubah?

Perubahan Mahfud MD tampaknya tidak hanya dipengaruhi oleh kekecewaannya dalam dunia politik, tetapi juga oleh kenyataan pahit yang ia hadapi sebagai seorang politisi yang pernah merasakan berada di puncak kekuasaan. Saat di dalam pemerintahan, Mahfud mungkin harus menelan kenyataan bahwa ada banyak kompromi dan tuntutan politik yang harus dipatuhi. Namun setelah ia keluar, perannya sebagai pengamat memberikan kebebasan lebih untuk menyuarakan apa yang selama ini mungkin tertahan.

Mahfud MD yang dulunya dikenal sebagai pribadi yang berani, berintegritas, dan sederhana, kini mungkin dirasakan berbeda oleh publik. Tidak sedikit yang merindukan Mahfud MD yang dahulu, yang konsisten dan tegas. Namun, politik memang kerap kali mengubah siapa pun yang terlibat di dalamnya, dan Mahfud MD bukanlah pengecualian. Kekecewaan mendalam yang mungkin ia rasakan dari dua kali gagal dalam kontestasi besar, baik dalam Pilpres 2019 maupun Pilpres 2024, bisa saja mempengaruhi sikap dan tindakannya saat ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline