Lihat ke Halaman Asli

Marius Gunawan

Profesional

Memakai Koteka, Mahasiswa Papua Menolak Budayanya Dihilangkan

Diperbarui: 7 Agustus 2019   02:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mahasiswa berbusana koteka Divio Tekege di ruang kuliahnya (Jubi/Ist)/Teras.id

Hal menarik terjadi di sebuah kampus di Jayapura, Papua. Setelah dimulai oleh Devio Tekege pada hari Senin lalu, jumlah mahasiswa Papua di Jayapura yang mengenakan busana daerah berupa koteka ke kampus-kampus bertambah. Tercatat, empat mahasiswa lagi pada hari Rabu (29/05) mengikuti jejak Devio melakukan hal yang sama. (Suara Papua.com)

Keempat mahasiswa itu adalah Albertus Yatipai, mahasiswa Fakultas Ekonomi, Sastra dan Sosial Politik Universitas Sains dan Teknologi (USTJ), Yan Elopere, mahasiswa Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan di universitas yang sama, Hoseri Edowai dan Ideweriknak Arabo, keduanya mahasiswa Fakultas Hukum STIH UMEL Mandiri.

Tentu kelakuan para mahasiswa yang memakai koteka saat kuliah ini mengundang keheranan dan tanda tanya bagi para kolega dan dosennya. Bahkan ada dosen yang melarang mereka menggunakan koteka itu.

Seorang dosen bernama Syamsudin Usman, SE, MKP, berkata, "Albertus besok ko tidak boleh pakepakaian begini lagi".

Namun, Albertus bertanya balik. "Bapa kalau saya pakai busana adat trus kalau teman-teman pakepakaian batik itu beda kah?"

Kemudian dosen bersangkutan menanggapinya, "Menurut Bapa tidak apa-apa, cuma momen dan tempatnya itu dimana, bapa sebagai orangtua, bapa sampaikan begitu".

Albertus menjawab, "Ah Bapa, menurut saya itu sama saja, itu busana." Kemudian Albertus menyalami dosen tersebut dan keluar dari ruang kuliah.

Alasan dan motivasi yang disampaikan Oleh para mahasiswa itu juga sangat menarik. 

"Ini merupakan contoh untuk mengajak teman-teman, mari kita pake pakaian adat sama-sama bukan hanya dari pegunungan saja, tetapi semua mahasiswa Papua, harus tampil dengan busana adat," kata Albertus, yang sehari-hari adalah penghuni Asrama Katolik Tauboria, Jayapura.

"Kami sebagai contoh buat teman-teman. Saya melihat bahwa budaya itu sangat penting, maka saya berharap mereka juga dapat mengikuti kami," kata Yan Elopere, yang pada hari itu mengikuti ujian proposal.

Benturan dan Penilaian Budaya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline