Sumber gambar: tempo.co.id
Anies Baswedan selalu punya cara untuk tampil orisinil dan tidak mau manut begitu saja. Tampil beda adalah rumus yang nampaknya coba dia terapkan untuk membangun Jakarta.
Sejak semula jadi penguasa Jakarta sudah banyak istilah dan permainan kata yang dia lahirkan.
Sebut saja: rumah deret menjadi rumah lapis, menggusur diganti menggeser, lubang biopori menjadi drainase vertikal.
Juga hal - hal yang sangat rumit disederhanakan dengan sekejap saja.
Contohnya saja air hitam berbau langsung ditutup jaring dan disemprot parfum; sulitnya tumbuh tanaman pelindung digalakkan nya tanaman plastik warna - warni; PKL yamg selalu pusing ditata maka ditutupnya lah jalan agar bisa jadi lokasi lapak PKL
Jalan pintas yang tak terpikirkan oleh pemerintah sebelumnya langsung dia kerjakan. Karena kalau naik jembatan penyeberangan capek, jembatan penyeberangan itupun dirobohkan diganti zebra cross dengan lampu penyeberangan pejalan kaki.
Biar menjadi keren lalu diberikan nama Pelican crossing. Walau setelah itu macet manjadi dampak yang tidak pernah jadi pertimbangan kebijakannya itu.
Ini bukan berarti Anies tidak suka JPO, karena kemudian dengan ide inovatif jembatan penyeberangan yang masih bagus dipermaknya lagi dengan arsitektur keren dan lampu warna - warni dengan harga eksklusif ratusan juga. Tujuannya supaya ada lokasi Selfi warga Jakarta sambil menyusuri JPO.
Lalu untuk menunjukkan bahwa kemacetan bukan lagi masalah Jakarta dia mengundang ajang balap formula untuk buat lintasan di tengah kota Jakarta.
Memang itu lebih mudah daripada memikirkan bagaimana menanggulangi kemacetan Jakarta dengan kebijakan rumit dan buat pusing kepala.