Sudah hampir dua tahun Anies memerintah Jakarta. Banyak warga yang masih menunggu apa yang dilakukannya untuk Jakarta.
Dengan 70 orang ahli yang menjadi penasehat Gubernur tentu harapan itu seharusnya terpenuhi.
Namun rupanya sebagian orang merasa kecewa sampai - sampai ada petisi yang meminta Anies untuk mundur. Saat ini sudah lebih dari seratus ribu yang menandatangani petisi tersebut.
Mengapa mereka kecewa?
Secara kasat mata kita memang bisa melihat situasi Jakarta saat ini di bawah pemerintahan Anies: sungai - sungai kembali kotor, trotoar dan jembatan penyeberangan diokupasi pedagang kaki lima, taman - taman tidak terawat dan banjir kembali melanda Jakarta dengan kondisi yang lebih parah.
Secara pelayanan publik dan transparansi: tidak bisa lagi kita menyaksikan rapat penting DKI yang di upload di YouTube, balai kota kembali sunyi karena pengaduan langsung masyarakat sudah ditutup, layanan umum kembali as usual tanpa terobosan.
Lalu apa yang telah dilakukan Anies?
Kalau dikategorikan ada dua hal yang dilakukan oleh Anies Baswedan: pabrik kata - kata dan Contra flow.
Ya dengan lihai Anies menciptakan istilah - istilah baru: rumah berlapis vs rumah susun , naturalisasi sungai vs normalisasi sungai , drainase vertikal vs lubang biopori, pelayanan jasa kependudukan vs operasi yustisi.
Dengan kata dan istilah baru itu ada dua hal yang nampaknya ingin dicapai Anies.
Pertama ingin membranding dirinya sebagai penemu hal - hal baru sekaligus menghilangkan jejak pendahulunya Ahok.