Sumber Gambar: Jatengtribun.com
Ketika Mardani Ali Sera memberikan pernyataan untuk berhenti menyerukan tagar 2019GantiPresiden, istilahnya 'mengharamkan', maka jagad politik pun berguncang. Terlebih bagi Gerindra yang masih tetap mengharapkan kesolidan koalisi Adil Makmur.
Ya, memang Gerindra masih mengharapkan dukungan partai - partai koalisi untuk tetap bertahan agar strategi politik untuk menggagalkan hasil Pilpres masih tetap bisa dijalankan.
Namun ibarat balon, koalisi kubu Prabowo mulai kempis. Hal itu terjadi setelah PAN dan Demokrat mulai menunjukkan signal untuk merapat ke Jokowi.
Harapan satu-satunya bagi Gerindra adalah PKS yang memang sejak semula merupakan rekan sejalan dalam membentuk koalisi. Namun pernyataan Mardani membuat harapan itu nampaknya mulai pudar.
Kalau Demokrat dan PAN nampaknya lebih mudah untuk merapat karena kedua partai ini memang punya chemistry yang yang lebih akrab dengan koalisi Jokowi. Tapi apakah PKS bisa juga pindah ke lain hati?
Sebenarnya motivasi dalam membangun setiap partai politik adalah untuk meraih kekuasaan. Jika ada yang memilih menjadi oposisi, itu juga sebenarnya salah satu strategi untuk meningkatkan harga jual di tengah masyarakat pemilih agar pada periode berikutnya bisa masuk dalam lingkaran kekuasaan.
Untuk PKS sendiri, dia sudah "puasa" selama satu periode. Pada saat PKS bergabung dengan koalisi Gerindra pastilah tujuan utamanya untuk bisa merebut kekuasaan di Pemilu ini. Namun, kenyataan tidak bisa dipungkiri bahwa Prabowo kalah lagi.
Segala usaha dan strategi untuk membalikkan situasi, dengan menggagalkan hasil Pilpres, nampaknya semakin hari semakin jelas tidak akan berhasil.
Dalam situasi ini, apalagi melihat gelagat PAN dan Demokrat, nampaknya PKS tidak mau ketinggalan kereta kekuasaan yang semakin kencang bergerak.