Perdebatan antara para pendukung mengenai siapa yang memenangkan Pilpres semakin sengit.
Lembaga survei pun nampaknya sengaja mengeluarkan hasil prediksi mereka di saat hari pencoblosan semakin mendekat agar lebih bisa menarik perhatian.
Bagi pendukung yang melihat hasil survei memenangkan jagoannya semakin yakin bahwa mereka di pihak pemenang.
Namun, kubu yang diprediksi kalah belum mau menyerah. Mereka mengandalkan pandangan mata. Jagoan kami selalu disambut kerumunan masa dan itulah tanda kami akan menang, kata mereka.
Lalu bagaimana membaca kedua fenomena ini? Mana yang lebih bisa dipercaya? Hasil prediksi survei atau besarnya rombongan masa saat kampanye?
Untuk hasil survei, ini adalah prediksi berdasarkan rumus dan perhitungan ilmiah berdasarkan pengambilan sampel dengan rumusan hitungan tertentu.
Kalau kita melihat hasil dari prediksi yang dihasilkan oleh lembaga - lembaga survei yang ada, sejauh ini nampaknya cukup bisa dipercaya.
Memang ada beberapa pengecualian, seperti halnya pilkada DKI yang hasilnya diluar prediksi. Namun anomali itu bisa dijelaskan dengan adanya dugaan pengaruh intimidasi masal dan politik SARA yang masif terjadi pada waktu itu.
Lalu bagaimana dengan realita banyaknya kerumunan masa saat diadakan kampanye terbuka? Apakah itu bisa dijadikan kriteria kemenangan?
Membandingkan Kerumunan memang relatif sulit. Dalam hal ini kita seringkali dipengaruhi oleh penilaian subyektif.
Apalagi jika itu diambil dari hasil photo. Banyak faktor efek manipulasi photo yang menyebabkan sulit untuk memastikan jumlah kerumunan.