Tanpa banyak gembar-gembor, Presiden Jokowi tadi pagi meluncurkan Satelit Nusantara 1.
Tepat pukul 8.45 pagi waktu Indonesia barat, kemarin, roket canggih SpaceX Falcon 9 lepas landas ke angkasa dari Stasiun Angkatan Udara Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat, membawa Satelit Nusantara Satu milik PT Pasifik Satelit Nusantara ke orbit bumi.
Satelit Nusantara Satu ini akan meningkatkan konektivitas internet broadband, komunikasi suara, data, dan video yang menjangkau seluruh kepulauan Indonesia. Slot orbitnya tepat di atas Papua, dan pengendaliannya dari pusat kontrol di kawasan Jatiluhur, Purwakarta, Jawa Barat.
Satelit yang berharga 250 juta dolar ini adalah jawaban dari janji Jokowi untuk membeli kembali Indosat.
Kenapa bisa dikatakan demikian? Karena usaha untuk membeli Indosat rupanya dibatalkan. Bukan karena pemerintah tidak mampu, tapi karena sahamnya dijual terlalu mahal padahal prospeknya tidak lagi bagus.
Keinginan Indonesia untuk memiliki satelit tidaklah pupus karena persolan itu, malahan dapat pengganti satelit komunikasi yang lebih canggih.
Lewat perusahaan PT. Pacifik Satelit Nusantara (PSN), sebuah perusahaan swasta Indonesia, bangsa Indonesia kembali mempunyai satelit komunikasi yang bisa dibanggakan.
Ini adalah bukti bahwa Jokowi tidak ingkar janji, bahkan dia memenuhi janjinya dengan satelit yang lebih bergengsi.
Mungkin ada yang menampik hal ini dan menganggap prestasi ini adalah klaim berlebihan dari Jokowi. PT PSN kan perusahaan swasta, bukan BUMN yang berada langsung di bawah kendali pemerintah.
Prestasi ini, seperti prestasi - prestasi di bidang lain, misalnya saja olah raga. Memang yang berprestasi adalah individu dan kelompok, namun setiap prestasi membutuhkan situasi yang kondusif.
Dalam hal ini dukungan iklim bisnis, fasilitasi pemerintah sangat lah perlu. Hanya pemerintah yang punya visi tekhnologi tinggilah yang mampu menyiapkan iklim yang tepat untuk bisa melahirkan perusahaan yang berprestasi seperti PT PSN.