Lihat ke Halaman Asli

Marius Gunawan

Profesional

Jokowi Mulai Terisolasi?

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14255203841715432822

[caption id="attachment_354025" align="aligncenter" width="490" caption="http://studentpreneur.co"][/caption]

Harus diakui, Jokowi adalah fenomena menarik di kancah politik Indonesia. Lompatan yang dia alami dari seorang pengusaha mebel hingga menjadi orang nomor satu di negeri ini adalah suatu hal yang sangat fenomenal. Terlebih karena Indonesia memang salah satu negara yang mempunyai tradisi “trah politik” yang cukup kental.

Ada banyak hal yang bisa dijadikan alasan Jokowi bisa menjadi seperti ini, namun untuk tulisan ini saya hanya fokus pada dua hal: komunikasi langsung yang ala blusukan dan peran komunikasi massa.

Harus dikatakan dua hal ini sangat mendukung popularitas Jokowi. Keduanya telah melahirkan dukungan massa yang luar biasa sehingga slogan “Jokowi adalah Kita” pada saat kampanye Pilpres lalu menjadi mantra yang bisa menghantar beliau ke Istana Merdeka.

Akhir-akhir ini, saya melihat dua hal inilah yang turun secara drastis. Untuk “blusukan” nampaknya Jokowi berusaha untuk tetap melakukannya sehingga hampir di setiap weekend dia mempunyai kunjungan kerja ke beberapa daerah. Namun degan luasnya Indonesia serta frekwensi yang tidak berimbang dengan banyaknya persoalan di lapangan, kesan saya gaung “blusukan” Jokowi tidak lagi membahana seperti dulu.

Hal yang tidak berbeda terjadi juga di komunikasi media. Tidak setiaphari kita bisa mendapat berita, perkataan langsung Jokowi menyangkut kebijakan-kebijakannya. Pertanyaan-pertanyaan wartawan yang dulunya selalu dijawab dengan lugas, sekarang lebih banyak dijawab dengan “sabar” dan “tunggu dulu”. Konferensi pers juga semakin langka. Ya, sampai saat ini belum ada orang yang ditunjuk resmi sebagai juru bicara Istana. Hal itupun menambah jauh jarak Jokowi dengan massa.

Termasuk komunikasi media, adalah media sosial yang sebelumnya juga merupakan andalan Jokowi. Dulu setiap hari pasti ada kutipan dan kebijakan yang secara reguler di sampaikan lewat akun resminya di Facebook dan Tweeter. Sekarang ini sama sekali tidak ada bahkan kitapun tidak tahu akun resmi mana yang masih beroperasi. Peran relawanpun mulai tersingkir oleh institusi formal di sekeliling Presiden yang justru mulai membangun menara gading untuk Jokowi.

Nomor-nomor sms yang dulu bisa diakses, sekarangpun sudah terblokir.

Dengan melihat semua fenomena ini, saya melihat bahwa perlahan tapi pasti Jokowi mulai terisolasi. Komunikasi antara Jokowi dan rakyat mulai tersendat.

Menurut saya situasi ini sangatlah berbahaya dalam konteks Jokowi sebagai figur publik. Apalagi semakin hari semakin banyak keputusannya yang mendatangkan kontroversi dan keributan politik. Ini sebenarnya bisa dihindari jika ada komunikasi yang lancar antara Jokowi dengan rakyat. Komunikasi yang transparanmenjadi pembuka katup pengaman agar kebijakan-kebijakan yang mungkin memang punya tujuan yang baik tidak menjadi kontroversi dan merembes ke hal-hal yang seharusnya tidak terjadi.

Dalam alam demokrasi yang sehat, keterisolasian akan menyebabkan pemimpin kehilangan vitamin. Karena kekuatan politik yang dibangun dengan kedekatan dengan rakyat akan membuat pemimpin semakin percaya diri untuk mengambil kebijakan yang tepat. Dia juga tidak ragu untuk melawan “kejahatan elit” karena yakin setiap kebijakan yang dia ambil memang bermanfaat untuk kepentingan rakyat banyak.

Saya harap isolasiJokowi yang kini semakin kuat segera diakhiri. Karena jika tidak maka akan melahirkan semakin banyak tanda tanya yang pada gilirannya menyebabkan rakyat menjadi tidak percaya pada pimpinannya. Tanpa dukungan rakyat, mustahil Jokowi akan bisa melaksanakan program Nawacita-nya. Menutup diri dan isolasi bagai menyumbat pipa oksigen yang bisa mendatangkan kematian politik Jokowi.

Jika memang “blusukan” dan “komunikasi media” perlu dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan saat ini, segeralah dilakukan. Hal yang mungkin perlu diperkuat seperti “blusukan elektronik” yang sudah diujicoba dan melakukan penguatan para relawan lewat pertemuan regular. Kekuatan informal seperti inilah yang bisa membuka isolasi Jokowi dari kungkungan elit politik yang mencekik.

Jangan ditunda lagi. Saya yakin masih banyak relawan yang bersedia membantu. Media massa yang objektivepun pasti mau menyebarkan semangat pembaharuan yang Jokowi inginkan*** MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline