Lihat ke Halaman Asli

Marista Br Sitohang

Guru di SLB Putrakami, Batam

Dampak Gadget terhadap Perkembangan Bahasa Anak Usia Dini

Diperbarui: 21 November 2023   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dampak gadjet terhadap perkembang Bahasa pada anak usia dini

Permasalahan ini muncul ketika meningkatnya penerimaan anak terapi usia dini dengan kondisi speed delay (terlambat bicara), di SLB Putrakami. Dimana anak banyak mengalami hambatan Bahasa tidak sesuai dengan perkembangan anak. Terlebih setelah pademi covid berlalu dimana ketika di confirmasi ke orang tua murid yang konsultasi ditanyakan kenapa anak tersebut menjadi tidak muncul bahasanya padalah sudah berusia 2 tahun? Sebagian besar akan menjawab karena gadjet dikarenakan orang tua sibuk bekerja sehingga memberikan anak handphone agar anak diam. Dimana masa-masa ini anak perlu bimbingan untuk melatih membnetuk Bahasa anak balita. Tidak jarang juga ditemukan terkadang anak mempunyai Bahasa tetapi hanya berupa ocehan tanpa ada makna yang berarti yang dapat dipahami oleh orang dewasa.

Bahasa sebagai alat komunikasi diperoleh manusia sejak lahir. Pemerolehan bahasa merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh manusia karena tidak terjadi pada makhluk lain, seperti binatang

Bahasa merupakan media yang dapat digunakan anak untuk memperoleh nilai- nilai budaya, moral, agama, dan nilai-nilai lainnya dari masyarakat. Dalam proses perkembangan, semua anak manusia yang normal paling sedikit memperoleh satu bahasa. Setiap anak yang normal akan memperoleh bahasa pertama atau bahasa asli (bahasa ibu) dalam tahun-tahun pertama kehidupannya di dunia ini. Anak-anak biasanya sudah dapat berkomunikasi secara bebas saat anak mulai masuk sekolah (Tarigan, 1988:95).

 Pada umumnya bahwa anak mulai bicara pada usia delapan bulan dengan karakteristik ciri-cirinya blabling atau mengoceh kemudian mulai mengatakan kata-kata yang tidak beraturan yang selanjutnya akan bermakna. Pada saat itu ada tidak simulasi dari keluarga atau dari orang tua dimana simulasi yang diharapkan harus secara langsung yang tidak dapat diwakilkan dengan benda atau apapun. Tapi kenyataannya pada fase perkembangan itu anak-anak terkontaminasi dengan gadjet karna orang tua mungkin tidak mau diganggu, atau karena orang tua bekerja, atau mungkin anak dititipkan ke pengasuh atau baby sister yang di tuntut bertanggung jawab terhadap kebersihan rumah tangga dan pada akhirnya si pengasuh memberikan gadjet solusi agar semuanya bisa dikerjakan sehingga anak menjadi tenang tidak rewel tidak rebut.

Tapi dampaknya yang berkepanjangan gara-gara pemakaian gadjet yang terlalu lama yaitu tidak berkembangnya Bahasa anak. Mungkin yang tadinya sudah ada Bahasa babbling menjadi berkurang dan lama -- lama menghilang akhirnya. Dan tadinya,  misalnya sudah bisa menyebutkan beberapa kata, katanya yang sudah disebutkan pun akan menghilang terjadilah yang biasa disebut regresi (mundur) dan fiksasi yaitu tahapannya tidak berkembang yang artinya jalan ditempat, yang dapet mempengaruh pada berbagai aspek misalnya pada aspek Bahasa, sosial dan dampat dari gadjet itu juga menyebabkan keti dakma mpuan anak-anak mengelola emosi dengan baik. Hal ini dapat terlihat dengan anak menunjukkan perilaku tantrum, keterampilan sosial yang tidak berkembang.

Untuk itu diharapkan untuk ayah bunda untuk senantiasa peka atau memberikan stimulus dari bayi sehingga anak balita tidak mengalami yang namanya terlambat bicara. Selalu tetap peka terhadap rangsangan yang diberikan anak. Selalu menjaga kontak mata, tidak memberikan gadjet dengan alas an anak diam.

Jika memang hal ini sudah terjadi segera ayah bunda membawa ananda ke dokter yang dapat menangani sejak dini.

Demikian artikel  ini saya buat semoga dapat bermanfaat buat orang tua muda.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline