[caption id="" align="alignleft" width="203" caption="Run away by zardo Illustrasi: blogs.dailyrecord.com"][/caption] Itu yang seringkali dirasakan setiap kali kita harus berhadapan dengan masalah yang bertubi-tubi ditambah lagi dengan perasaan capek, suntuk, bosan, jenuh, muak, dan berbagai perasaan lainnya.. Tidak juga bisa melepaskan diri dan harus terus berhadapan dengan masalah yang terus juga bertambah. Mau cerita pun bingung mau cerita ke siapa. Iya, kalau orang yang diajak cerita mau mengerti dan paling tidak mau mendengar. Biasanya, orang cenderung malas untuk menganggapi karena tidak mau terlibat masalah. Biarpun itu teman, sahabat, ataupun pasangan sendiri. Iya, kan?! Seorang perempuan muda mendesah dalam dan panjang. Banyak sekali pengalaman pahit dalam hidupnya yang membuatnya selalu merasa ketakutan. Tidak berani untuk menjadi diri sendiri dan bahkan untuk pergi nonton ke bioskop pun takut. Pengalaman buruknya di masa lalu membuatnya tidak mudah percaya kepada orang lain karena memang orang lain dan bahkan keluarganya sendiri sudah terlalu sering menyakitinya, baik secara fisik maupun psikologis. Kekasih yang sangat dicintainya pun tega melakukan perbuatan yang sangat menjerumuskan dirinya. Trauma membuatnya kemudian sering merasa depresi dan kalut. Tidak tahu harus berbuat apa dan ingin segera lari, pergi, dan menghilang. Hidup sepertinya sudah tidak ada lagi harapan. Untuk bisa bertahan hidup pun terlalu banyak yang harus diatasi dan dilalui. Sering dia merasa capek dan sudah tidak ingin melanjutkan lagi perjalanan. Hanya ada satu yang bisa membuatnya tetap bertahan, cinta dan kasih sayangnya kepada adik-adiknya. Dia tidak ingin mereka mengalami hal yang sama dan harus berakhir sama dengannya. Dia ingin mereka mendapatkan yang lebih baik. Di balik semua niat yang baik, tulus, dan mulia itu tidak berarti kemudian masalah selesai. Masalah tentunya semakin bertambah dan beban pun semakin berat. Dia pun harus bisa menjadi pribadi-pribadi yang berbeda. Saat sendiri, saat di kantor, saat dengan keluarga, saat dengan adik-adiknya, semuanya berbeda-beda. Sulit sekali untuk bisa menujukkan siapa diri yang sebenarnya. Tentunya ini tidaklah mudah karena untuk menjadi diri sendiri memang sangat membutuhkan keberanian. Lain cerita dengan seorang pria muda yang memiliki banyak sekali cinta. Dia selalu berusaha untuk selalu mencoba mengerti meskipun capek. Berusaha juga untuk selalu menikmati semuanya meskipun sering menjadi korban hanya untuk membahagiakan yang lainnya. Tidak tahu sampai kapan harus berdamai dengan kenyataan setiap hari yang sering membuatnya merasa lelah. Tak sabar ingin segera berlari dan lepas dari segala deritanya. Saya tidak bisa memberikan nilai apakah mereka berdua ini salah atau tidak, karena semua ini merupakan rentetan atas apa yang terjadi sepanjang perjalanan hidupnya. Mudah untuk bisa memberikan nilai bila tidak mau mencoba untuk mengerti dan memahami apa yang dirasakannya. Toh, kita tidak mengalaminya sendiri. Bisa saja, kan, mereka berdusta, melebih-lebihkannya. Lagipula apa pentingnya mereka, mereka bukan siapa-siapa, kok?! Begitu, kan?! Bukan hal yang aneh juga bila memang mereka takut untuk meminta bantuan kepada yang lain. Kita memang cenderung untuk lebih mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan bersama. Meskipun sadar dan tahu bahwa memberikannya bantuan juga memberikan banyak manfaat untuk diri sendiri. Sering kita bercerita dan meminta bantuan namun sepertinya semua itu dianggap tidak penting dan sama sekali tidak menarik untuk dibicarakan. Hanya membuat susah saja barangkali, ya?! Masalah kita sendiri sudah banyak, bagaimana kita bisa membantu?! Yang ada malah menambah masalah!!! Begitu bukan?! Saya pun sering merasa demikian bila memang sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa. Berpikir pun sudah tidak bisa. Paling-paling hanya bisa menangis di dalam kamar. Itupun saya tidak berani melakukannya lama-lama. Kalaupun tidak lagi bisa membendung air mata, biasanya saya memilih untuk membenamkan diri dalam buku dan tulisan, tertawa sana sini dan bersenda gurau ke sana ke mari. Siapa yang tahu isi hati yang sebenarnya?! Tidak ada yang tahu, kan?! Biarlah yang tahu semua hanyalah kertas, pena, keyboard, komputer, saya sendiri, dan juga Yang Maha Kuasa saja. Yang lain tidak perlu tahu dan menjadi susah karena saya. Ini juga berdasarkan pengalaman pribadi saya sendiri. Siapa yang tahu bagaimana perjalanan hidup dan kehidupan saya selain saya sendiri?! Orang-orang yang terdekat dan ada di sekitar saya pun banyak yang tidak tahu. Kalaupun tahu, semuanya sudah lewat dan berlalu. Tahu pun tidak berarti kemudian menjadi paham dan mengerti apalagi kalau merasa bersalah karena tidak ada pada saat itu. Tidak juga mau mendengarkan dan memberikan pertolongan. Tidak percaya dengan apa yang terjadi. Jadi, ya, kembali lagi!!! Hahaha.... Teman dan sahabat pun banyak yang ternyata bukan teman dan sahabat. Bahkan orang-orang yang sangat saya cintai dan mengatakan cinta kepada saya pun ternyata hanya memiliki cinta untuk dirinya sendiri saja. Kalau pun saya bercerita, ingin berkeluh-kesah, ingin meminta tolong sepertinya sulit sekali. Saya seringkali takut untuk mau melakukannya. Membayangkan wajahnya saja saya bisa sakit perut dan mulas sendiri. Apalagi kalau harus meminta bantuan, dan meminta pendapat?! Hmmm.... Saya tidak malu mengakui semua ini karena bisa terjadi pada siapa saja. Sebuah kenyataan yang sering sekali terjadi. Bukan hanya pada satu dua orang saja, banyak di antara kita yang pastinya merasakan dan mengalami hal yang sama. Bahkan banyak yang jauh lebih buruk lagi. Saya justru merasa sangat bersyukur mengalami semuanya. Saya bisa banyak belajar dan banyak sekali mendapatkan manfaat yang tentunya sangat berarti bagi saya. Saya juga jadi belajar bahwa memang pada dasarnya setiap orang adalah sendiri. Segala sesuatu yang kita alami dan kita rasakan hanya ada pada diri kita sendiri. Jangan pernah berharap orang lain untuk bisa mengerti dan memahami kita, namun selalulah berusaha untuk mengerti dan memahami yang lain. Jangan pernah meminta yang lain untuk membantu, namun selalulah berusaha untuk selalu memberikan yang terbaik untuk semua. Lagipula, siapa yang bisa mengubah diri sendiri selain diri kita sendiri?! Siapa yang akan bertanggungjawab dan merasakan semua akibat atas apa yang kita pilih selain diri kita sendiri. Sendiri juga bukan berarti sendiri. Kita tidak pernah sendirian, kok!!! Yakinlah bahwa ada yang selalu menjaga dan menuntun kita. Tidak pernah juga tidak memberikan pertolongan dan selalu mendengarkan kita. Memberikan selalu yang terbaik untuk kita. Selalu memiliki cinta yang sejati dan yang sangat tulus apa adanya. Cinta yang benar-benar abadi dan tak pernah habis ataupun lekang oleh waktu. Bila kita memang yakin dan berpegang pada ini semua, dengan cara dan jalan apapun maka kita tidak harus pernah lari, pergi, dan menghilang. Mau ke mana juga?! Di manapun akan ada masalah. Untuk apa?! Sanggupkah kita menghadapi semuanya itu?! Masa lalu adalah masa lalu. Tidak perlu dilupakan ataupun dihapuskan. Tidak perlu juga untuk diratapi tetapi jadikanlah itu semua sebagai pijakan untuk melangkah maju ke depan. Segala sesuatu yang terjadi selalu ada hikmah dan manfaatnya. Tuhan selalu memberikan yang terbaik untuk kita. Siapa yang pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Siapa yang tahu rencana Tuhan di kemudian hari untuk kita? Mungkin saja semua itu adalah persiapan yang diberikan oleh-Nya bagi kita untuk siap menghadapi masa depan.Berdamailah dengan masa lalu. Kedamaian itu ada di dalam diri kita sendiri. Memang sepertinya mudah menyelesaikan masalah dengan lari, pergi, dan menghilang, namun itu semua tidak berarti masalah selesai. Kenapa tidak dihadapi dan diselesaikan saja?! Tidak mudah tetapi yakinlah bahwa semua masalah ada jalan keluarnya. Kita tidak boleh putus asa dan berhenti berusaha. Di mana ada kemauan di sana pasti ada jalan. Yakinlah!!! Saya mengambil kata-kata seorang perempuan cantik yang penuh dengan cinta, sahbat kita semua di sini, Nurul Hd , yang menguraikan arti dan kata-kata "pengertian" lewat untaian kata yang indah. Pengertian.... mungkin hanya satu kata yang memang butuh pengorbanan yang besar pengorbanan yang besar karena menyangkut kedua belah pihak... See More yang sedang membina sebuah hubungan.. hubungan yang membuat mereka menyayangi satu sama lain.. hubungan yang membuat mereka merasa nyaman ketika bersama... hubungan yang diharapkan akan membuat keduanya merasa lebih baik... akan kehadiran satu sama lain.. tapi ketika "pengertian" itu telah terlupakan.. maka yang sangat tak diharapkan pun terjadi... sesuatu yang membuat keduanya merasa tak mulai dimengerti.. tak mulai dipahami... dan akhirnya timbullah suatu tuntutan yang salah satu dari keduanya tidak bisa memberikan nya... setelah itupun terjadilah sebuah masalah yang makin lama makin membesar membesar karena keduanya merasa sudah melupakan kata pengertian diantara keduanya karena mereka merasa tak mendapatkan kenyamanan lagi... mungkin kejadian ini bisa membawa suatu hikmah yang baik bagi keduanya karena kata "pengertian" itu tidaklah semudah seperti pada saat qt mengucapkannya... tak semudah seperti ketika qt mau menerapkannya... tak seperti apa yang qt bayangkan... mungkin... disitulah lah ujiannya... ujian yang mampu melewatinya tanpa harus menyakiti perasaan masing-masing... Semoga bermanfaat!!! Salam Kompasiana, Mariska Lubis Catatan: Terima kasih untuk nurul hd, dan kepada kedua adikku tersayang, semoga ini semua bisa memberikan banyak arti dan manfaat. Selalu ada cinta untuk kalian!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H