Lihat ke Halaman Asli

Melati Putih Harum Semerbak di Tepian Taman yang Sepi

Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="" align="alignleft" width="300" caption="Illustrasi: baliaromaticspa"][/caption]

Perdu berserak tak beraturan tak berbentuk tak juga terlalu diperhatikan. Beruntung bila masih diingat, namun seringkali benar-benar dilupakan. Diingat dan diperlukan hanya pada masa dan waktunya saja. Tidak setiap saat dan setiap waktu. Meskipun melati putih yang kecil dan tak berdaya itu selalu berusaha untuk menambah keindahan. Meskipun juga melati putih selalu berusaha memberikan kenyamanan lewat semerbak harum baunya yang mewangi. Ah, seandainya saja!!!

Sekumpulan bunga melati berkelompok dalam sebuah untaian yang melingkar di rambut dan dada sepasang pengantin. Mengantarkan mereka yang akan segera menyatukan diri dalam sebuah ikatan suci untuk bisa memulai perjalanan baru mereka dengan kesucian hati. Memberikan harapan agar keharuman hati yang bersih dan suci akan selalu semerbak mewangi sepanjang perjalanan hidup mereka. Sehingga apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka kelak selalu menjadi berkah dan rahmat bagi mereka dan juga semua.

Sungguh malang nasib melati putih. Hanya dijadikan sebuah perlambang yang tidak memiliki arti dan makna. Hanya menjadi sekedar sebuah keharusan dan kewajiban, juga bagian dari sebuah prosesi. Tak jarang kemudian hanya menjadi sekedar sampah dan disia-siakan begitu saja. Dipandang pun sama sekali tidak. Kalah dengan kemewahan yang ada di sekelilingnya. Namun melati putih tetap melati putih, dia tetap selalu berusaha memberikan yang terbaik. Tetap tersenyum menawan dan tetap menebarkan semerbak harumnya dengan penuh ketulusan.

Mawar berduri sering bercerita bagaimana kelopaknya yang besar dan berwarna menyala selalu membuat semua terpesona. Terpikat oleh segala keindahan yang dimilikinya dan menjadi terbuai meskipun keharumannya tak terlalu menyengat. Duri pun menjadi seolah tak ada meskipun sudah seringkali membuat luka. Bahkan dipuja dan menjadi perlambang cinta dan kasih sayang.

Menjadi yang "besar" dan "agung" sering membuat kita terlena dengan segala puja dan puji. Lupa pada apa yang telah menjadikannya "besar" dan "agung". Di dalam kehidupan ini tidak pernah ada yang bisa sendiri biarpun diakui sebagai buah dari hasil kerja keras dan sentuhan tangan sendiri. Bila kemudian pun menjadi terluka dan melukai, sulit bagi diri sendiri untuk bisa mengobati diri. Bila pengakuan dan penyesalan itu hanyalah sebuah pembenaran atas apa yang dilakukan, obat apapun tidak akan pernah bisa menyembuhkan. Mawar tidak akan pernah menjadi mawar yang merah merekah bila duri itu tetap ada. Duri itu tetap akan terus menjadi luka yang menusuk sampai ke dalam. Cinta dan kasih sayang itu hanyalah untuk diri sendiri yang memang sangat dibutuhkannya.

Melati di tepian taman tumbuh dalam sepi namun tak pernah sendirian. Air yang menetes dari langit membasuhnya dengan penuh kelembutan. Sinar matahari yang bersinar memberikannya kehangatan dengan penuh suka cita. Bulan di malam hari selalu menemaninya dalam kegelapan. Cahayanya selalu menjadi petunjuk untuk membuatnya semakin merekah dan semerbak. Cacing-cacing di dalam tanah yang menggeliat pun selalu membantu memberikannya asupan untuk bisa tetap hidup, kuat, dan bertahan. Apalagi yang kurang bila semuanya sudah ada?!

Melati putih kecil nan harum tak pernah mendambakan atau mencari cinta. Cinta sejati sudah ada di dalam dirinya dan tidak perlu lagi untuk menginginkan yang lebih. Merasakan cinta terbesar yang ada di dalam dirinya telah membuatnya dipenuhi dengan cinta. Apa yang sebenarnya dicari dalam kehidupan ini?!

Untuk apa nilai itu menjadi penting bila memang tidak memberikan kebahagiaan dan kedamaian?! Untuk apa semua kemewahan itu bila tidak bisa memberikan banyak manfaat?! Untuk apa ketenaran itu bila hanya untuk mencari sebuah sensasi?! Buat apa berbuat baik bila hanya ingin mendapatkan surga?! Buat apa mencari pahala bila tidak ada ketulusan dalam berbuat?!

Bukankah sebenarnya kita hanya mencari kebahagiaan?! Kebahagiaan yang bisa selalu ada dan tak pernah berakhir. Meski seringkali kita tersesat dalam mencari kebahagiaan sehingga berada dalam jerat kebahagiaan yang sesaat, semu, dan palsu, namun kebahagiaan itulah yang selalu kita inginkan.

Melati putih tidak pernah menginginkan segala puja dan puji. Tidak pernah meminta ataupun berharap balasan atas apa yang telah diberikannya. Yang paling utama baginya adalah memberikan semua yang terbaik yang bisa diberikan olehnya agar semua itu bisa memberikan arti dan makna yang sesungguhnya bagi kehidupan. Biarlah dia tetap kecil dan tak berwarna menyala, namun tetap putih dan tetap menebarkan harum yang semerbak. Itu semua memberikannya kebahagiaan yang senantiasa. Tak ada lagi yang lebih penting dari itu semua. Suci adalah bersih dan bersih adalah ketulusan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline