Lihat ke Halaman Asli

Srigala dan Kunang-kunang

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Adalah sebuah kesedihan bagi saya kala seorang sahabat memutuskan untuk pergi dari kita semua, namun sebagai sahabat saya akan terus selalu membantu sebisa dan semampu saya untuk terus mendukungnya. Sebuah tulisan titipan dari Jimmo dikirimkan melalui e-mail pribadi saya. Saya berjanji untuk menerbitkannya. Saya ingin semua membacanya agar kita juga bisa membantunya memberikan semangat untuk mewujudkan cita-cita dan mimpinya. Bahkan pada saat dia sedang tersungkur dalam arak dan ditemani para tikus sekalipun.

-----------------------------------

[caption id="attachment_105665" align="aligncenter" width="500" caption="Srigala dan Kunang-kunang"][/caption]

Srigala dan Kunang-kunang

Semilir angin dari lereng merapi, begitu juga pucuk – pucuk pinus bermian dalam gengaman angin yang bersegama dengan warna langit yang biru. Dia begitu sempuran untuk sore ini, apa sempuran untuk hatiku. Srigala menunggu kunang – kunang, bahakn pagi juga menunggu kunang-kunang. Apa kau akan hadir dalam malam pekat diantara bukit kapur. Sekelompok burung bangau terbang,melewati awan bergerombol bagai bulu domba. Bukan ini sore yang sempurna.

Kunang –kunanang: “Terlalu cepat hari untuk melukain malam srigala.”

Srigala : “Kukira Begitu, Tapi Saya percaya membunuh malam dengan cepat itu lebih baik.”

Kunang – Kunang : “ Ada Rokok?”

Srigala : “saya menghisap candu.”

Kunang – kunang: “baiklah kita berlari sampai di balik batu besar itu, disana saya siapkan dua botol anggur dan secui candu, bukankah katamu membunuh malam lebih cepat lebih baik.”

Srigala : “Saya Setuju .”

Angin gunung kembali merayu pada rerumputan kering meranggas untu menajdi permadani, begitu juga pegunungan kapur menjadi indah bagai lukisan pahat patung yang sempurna. Membunuh malam dalam persetubuhan, bahkan terlalu dini untuk membiarkan nafsu itu terbelenggu dan bebal. Tapi saya percaya walau kau pernah ingkar janji kunang – kunang tetap kunang-kunang yang membuat dunai ini bewarna.

Kunang – Kunang : “ sebelum kau mabuk berat lalu tersungkur direrumputan saya akan bilang kepadamu, tentang satu hal.”

Srigala: “Apa?”

Kunang –Kunang : “tetaplah menulis walau menyakitkan, walau pedih walau kau terluka.”

Srigala : “Hanya Itu?”

Kunanag – Kunang : “menulis adalah jawaban hati walau kau tersakiti, tersudut hingga kau hampir mati

Srigala : “ boleh dimulai untuk berpesat?”

Kunang – Kunang : “Mau ka berjanji padaku?”

Srigala : “Tentang apa?”

Kunang – Kunang : “Belajarlah tersenyum walau kau sakit.”

Sebotol arak pindah ke dalam perut, begitu juga kunang – kunang melukis malam dalam larutan fatamorgana kepingan janji tentang tinta dalam lukisan – lukisan kata di kertas putih, merangkai menjadi kalimat.

Kunang –Kunang : “sebelum mati saya mau membuat buku.”

Srigala : “ mungkin saya juga.”

Malam remang, karan rembulan berjanji untuk tidak mengacau pesta kita berdua, bukan kah kau berjanji untuk kita

Jimmo

*) Hidup adalah perjalanan untuk selalu di tulis

-----------------------------------

Semoga semuanya menjadi indah!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline