Lihat ke Halaman Asli

Bicara Soal Seks dan Etika

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_86376" align="alignleft" width="300" caption="Positive!!! This could be heaven or hell!!!              Illustrasi: Google"][/caption] Sangat sulit untuk menerjemahkan etika. Terlebih lagi bila kemudian harus berhubungan dengan seks. Seks dan etika seringkali dipahami sebagai sesuatu yang berlawanan jauh meskipun sesungguhnya keduanya adalah apa yang saya sebut sebagai kemurahan Sang Pencipta. Kata etika bukanlah kata yang asing didengar di telinga dan diucapkan di mulut serta dituliskan. Biarpun begitu, saya tidak terlalu yakin bahwa semua yang mendengar, mengucapkan, dan menuliskannya benar-benar mengerti apa arti kata tersebut. Malah saya pernah membaca sebuah tulisan yang menyebutkan bahwa etika adalah hal yang berhubungan dengan keindahan dalam pandangan semata dan bahkan etis merupakan sebuah bentuk dari perwujudan atas keindahan dalam pandangan semata. Bisa begitu, ya?! Saya sampai bingung sendiri membaca tulisan itu dan berpikir sangat keras untuk bisa memahaminya. Menurut saya, etika adalah sebuah dasar dari apa yang membuat sesuatu menjadi baik dan apa yang membuat sesuatu menjadi buruk. Sangat erat sekali hubungannya dengan hak dan kewajiban manusia sebagai makhluk yang diciptakan oleh-Nya. Baik dan buruknya itu sendiri bersifat sangat relatif karena tergantung sekali kepada persoalan eksistensial setiap individu. Namun hak dan kewajiban manusia sudah sangat jelas. Tidak lain dan tidak bukan adalah untuk menjadi manusia yang sesungguhnya. Dengan demikian, apa yang disebut dengan baik dan apa yang disebut dengan buruk adalah merupakan hak dan kewajiban setiap manusia agar bisa menjadi manusia yang sesungguhnya. Itulah etika menurut pemahaman saya. Kemurahan Tuhan sebagai Sang Maha Adil membuat manusia memiliki persamaan dalam bentuk pilihan dalam hidup. Tidak ada yang namanya paksaan untuk melakukan sesuatu. Tidak ada juga dorongan. Semua hal adalah adil dan juga berimbang. Pilihan apapun yang diambil selalu ada yang mengimbanginya. Selalu ada keadilan di sana. Dalam bahasa yang lebih mudahnya, bisa dikatakan di mana ada aksi di sana juga ada reaksi. Begitu juga bila ada reaksi di sana juga ada aksi. Inilah yang merupakan prinsip utama dari etika itu sendiri dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.  Oleh karena itulah tanggung jawab menjadi hal yang utama dan terpenting dalam menerapkan etika. Bagaimana dengan etis?! Etis adalah semua hal yang berhubungan dengan etika yang di dalam penerapannya sangat erat kaitannya dengan asas perilaku yang disepakati oleh bersama. Baik dan buruk sesuatu hal menjadi sebuah problema tersendiri bila dihubungkan dengan kesepakatan bersama. Baik bisa menjadi buruk dan buruk juga bisa menjadi baik. Semuanya tergantung dari apa yang telah disepakati sebelumnya. Keadilan dan keseimbangan dengan sendirinya merupakan penyesuaian dari apa yang telah disepakati bersama itu. Jadi, menurut saya, tidaklah etis bila menilai baik atau buruk sesuatu bila sebelumnya tidak ada kesepakatan bersama. Sudah melanggar asas dan dasar etika yaitu keadilan. Padahal adil itu adalah salah satu sifat Sang Maha Kuasa, lho?! Seperti yang seringkali saya sebutkan,  seks adalah titik awal kehidupan dan seks adalah kehidupan itu sendiri. Pemahaman tentang seks harus dimulai dari pemahaman tentang diri sendiri dan kehidupan. Tidak perlu dilakukan dengan orang lain atau pasangan. Mencari tahu siapa diri apa selalu harus dilakukan yang lain?! Kenapa tidak berani untuk mencoba melakukan eksplorasi terhadap diri sendiri diawali dengan sebuah pertanyaan, "Siapakah saya?". Sebegitu takutnyakah menjawab dengan jujur?! Pandangi mata dan bayangan dalam cermin. Katakan siapa diri yang sebenar-benarnya. Seks bisa menjadi baik dan seks juga bisa menjadi buruk meskipun seks sendiri adalah juga merupakan bagian dari hak dan kewajiban manusia. Keadilan dan keseimbangan dalam menyikapi dan memandang seks sangat jelas diperlukan di sini. Sangatlah juga tidak etis bila kemudian seks tidak diimbangi dengan tanggung jawab terhadap seks itu sendiri. Memandang sebelah mata dan melecehkan seks itu akan selalu diimbangi dengan perilaku yang juga merupakan keadilan atas kemurahan yang telah memberikannya. Pilihan sangatlah luas dan terbuka. Namun jangan pernah lupakan etika yang berlaku. Sekali lagi, tanggung jawab harus selalu menjadi sebuah pegangan utama. Keterbukaan terhadap seks dan ataupun menjadikan seks tertutup dan tabu menjadi sangat relatif sifatnya bila dihubungan dengan soal etis. Sangat tergantung kepada kesepakatan bersama. Tidak demikian halnya bila kita tidak membahas masalah keterbukaan atau yang ditutup dan ditabukan itu. Jadikan seks sebagai sesuatu yang sifatnya sangat universal. Tidak memiliki batas dan juga batasan. Karena memang sesungguhnya bila kita benar-benar mengerti apa arti seks itu sendiri, kehidupan memang tidak ada batas dan tidak ada juga batasannya. Semuanya hal yang ada dalam manusia dan yang menjadikan manusia itu sendiri selalu berhubungan dengan seks.  Seks bisa menjadi dan dijadikan apa saja. Semua tergantung dari bagaimana kita kemudian melihat dan melakukannya. Lewat tulisan ini, saya sebetulnya juga ingin sekali mengajak semua untuk mau belajar mengerti tentang seks. Untuk benar-benar mengerti. Saya juga sudah capek, bosan, dan jenuh melihat kenyataan yang ada di mana seks selalu saja diposisikan sebagai yang "dihinakan" dan "dilecehkan". Seks hanya dijadikan sarana untuk mencari sensasi dan kenikmatan yang semu semata. Biarpun Seks dan Kopi Hangat sama-sama nikmat. Sebegitu sulitnyakah untuk mau menempatkan kehidupan pada posisi yang lebih layak?! Ingatlah selalu bahwa seks adalah kehidupan itu sendiri. Jangan pernah sia-sia, kan, ya?! Seks terlalu berharga untuk tidak menjadi yang berharga dan bermanfaat bagi semua. Semoga saja tulisan ini bisa memberikan manfaat. Salam Kompasiana, Mariska Lubis Kunjungi  artikelpaling hot!!! di Baca juga 10 Artikel Pilihan Lainnya:

  1. Seni, Seks, dan Revolusi?! Kenapa Tidak?!
  2. Atas Nama Cinta, Saya Hamil dan Dia Dipenjara
  3. Mengintip Malam Pertama Pengantin Turki
  4. Menemukan Tuhan Lewat Seks
  5. Biarkan Payudaraku Tetap Basah!
  6. Duh! 62,7 % Siswi Sudah tak Perawan?
  7. Bugil Massal, Seni Pembangkit Syahwat
  8. 28% Pria Indonesia Ketagihan Nonton Film Porno?
  9. Wow! Orgasme Ratusan Kali Sehari?
  10. Seks “Tiga Rettong” ala ABG Palopo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline